Pages

Senin, 02 September 2013

KRONOLOGI LAHIRNYA PMII



BAB I
EMBRIONAL KELAHIRAN PMII (1955-1963)

A.    Cikal Bakal Kelahiran PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman. Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bermula dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusssunnah Wal Jama'ah. Dibawah ini adalah beberapa hal penyebab berdirinya PMII:
1.      Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.
2.      Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada.
3.      Pisahnya NU dari Masyumi.
4.      Tidak enjoynya lagi mahasiswa NU yang tergabung di HMI karena tidak terakomodasinya dan terpinggirkannya mahasiswa NU.
5.      Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang notabene HMI adalah underbouw-nya.
6.      Berusaha melestariakan islam ahlussunah waljama’ah

Hal-hal tersebut diatas menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat dikalangan intelektual-intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa-mahsiswa yang berkultur NU. Disamping itu juga ada hasrat yang kuat dari kalangan mahsiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama'ah.
Sebelum adanya PMII para mahasiswa yang notabeni berkultur nahdlatul ulama telah ada kelompok-kelompok organisasi. Di Jakarta pada bulan Desember 1955, berdirilah Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) yang dipelopori oleh Wa'il Harits Sugianto.Sedangkan di Surakarta berdiri KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama) yang dipelopori oleh Mustahal Ahmad. Namun keberadaan kedua organisasi mahasiswa tersebut tidak direstui bahkan ditentang oleh Pimpinan Pusat IPNU dan PBNU dengan alasan IPNU baru saja berdiri dua tahun sebelumnya yakni tanggal 24 Februari 1954 di Semarang. IPNU punya kekhawatiran jika IMANU dan KMNU akan memperlemah eksistensi IPNU.
Gagasan pendirian organisasi mahasiswa NU muncul kembali pada Muktamar II IPNU di Pekalongan (1-5 Januari 1957). Gagasan ini pun kembali ditentang karena dianggap akan menjadi pesaing bagi IPNU. Sebagai langkah kompromis atas pertentangan tersebut, maka pada muktamar III IPNU di Cirebon (27-31 Desember 1958) dibentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang diketuai oleh Isma'il Makki (Yogyakarta). Namun dalam perjalanannya antara IPNU dan Departemen PT-nya selalu terjadi ketimpangan dalam pelaksanaan program organisasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cara pandang yang diterapkan oleh mahasiswa dan dengan pelajar yang menjadi pimpinan pusat IPNU. Disamping itu para mahasiswa pun tidak bebas dalam melakukan sikap politik karena selalu diawasi oleh PP IPNU.

B.     Situasi dan Kondisi Politik Sekitar Kelahiran PMII

Ada beberapa situasi dan kondisia yang melatar belakangi proses kelahiran PMII saaat itu, antara lain situasi politik Negara republic indonesai posisi umat islam di Indonesia dan keadaan organisasi mahasiswa saat itu. Dengan keadaan oraganisasi mahasiswa saat itu adalah suatu wadah aktifitas para mahasiswa diluar kampus. Dengan wadah seperti itu aktifitas mahasiswa banyak memberikan andil besar terhadap pasang surutnya sejarah bangsa Indonesia, khususnya generasi muda. Andil tersebut digerakan oleh idialisme yang berorientasi pada situasi yang selalu menghendaki adanya perubahan kearah perbaikan bangsa, sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia, pancasila dan UUD 1945.

Generasi muda khususnya para mahasiswa merupakan kelompok terpelajar yang mendapat perhatian kusus dari npemerintah, lantaran menyangkut masa depan kehidupan bangsa. Situasi dunia kemahaisswaaan saat itu banyak terkait dengan kondisi politik nasional. Sebab sejarah kemahasiswaan di Indonesia pun parallel dengan apa yang terjadi pada dasa warsa 1950 an, banyak berkaitan dengan persoalan-persoalan politik, sebab mahasiswa saat itu lebih cendrung merupakan alat partai politik. Demikian juga misalnya ketika pelaksanaan pemilu tahun 1955, organisasi mahasiswa islam yang pada saat itu diwakili HMI pada saat itu menyerukan kepada masyarakat supaya memilih partai-partai islam, dan kusus kepada warganya supaya memilih salah satu partai yang disenangi.

Keterlibatan mahasiswa dalam politik praktis di imbangi pula dengan aktifitas-aktifitas di bidang kepemudaan baik dalam sekala nasional mauoun internasional. FPII (Fron Pemuda Islam Indonesia) yang telah menghantarkan peran serta para pemuda islam Indonesia. Demikian juga dengan kehadiran GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia) Sementara PPMI (Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Islam) dan MMI (Majlis Mahsiswa Indonesia) yaitu wadah federatif organisasi ekstra dan intra universitas telah memberi warna tersendiri dalam dunia kemahasiswaan.

C.    Proses kelahiran PMII
Oleh karena itu gagasan legalisasi organisasi mahasiswa NU senantiasa muncul dan mencapai puncaknya pada konferensi besar (KONBES) IPNU I di Kaliurang pada tanggal 14-17 Maret 1960. Dari forum ini kemudian kemudian muncul keputusan perlunya mendirikan organisasi mahasiswa NU secara khusus di perguruan tinggi. Selain merumuskan pendirian organ mahasiswa, KONBES Kaliurang juga menghasilkan keputusan penunjukan tim perumus pendirian organisasi yang terdiri dari 13 tokoh mahasiswa NU. Mereka adalah:
  1. A. Khalid Mawardi (Jakarta)
  2. M. Said Budairy (Jakarta)
  3. M. Sobich Ubaid (Jakarta)
  4. Makmun Syukri (Bandung)
  5. Hilman (Bandung)
  6. Ismail Makki (Yogyakarta)
  7. Munsif Nakhrowi (Yogyakarta)
  8. Nuril Huda Suaidi (Surakarta)
  9. Laily Mansyur (Surakarta)
  10. Abd. Wahhab Jaelani (Semarang)
  11. Hizbulloh Huda (Surabaya)
  12. M. Kholid Narbuko (Malang)
  13. Ahmad Hussein (Makassar)
Pada tanggal 19 Maret 1960 mereka berangkat ke Jakarta menghadap ketua umum partai NU yaitu KH. Idham Cholid untuk meminta nasehat sebagai pegangan pokok dalam musyawarah yang akan dilkasanakan. Dan pada tanggal 24 maret 1960 mereka diterima oleh ketua partai NU, dalam pertemuan tersebut selain memberikan nasehat, beliau juga menekankan hendaknya organisasi yang akan dibentuk itu benar-benar dapat dihandalkan sebagai kader NU. Dan menjadi mahasiswa yang berperinsip ilmu untuk diamalkan bagi kepenting rakyat. Setelah beliau menyatakan “Merestui Musywarah Mahasiswa Nahdiyin Yang akan Dilaksanakan Disurabaya”
Lalu ke 13 tokoh tersebut melaksanakan musyawarah mahasiswa nahdiyin yang diselenggarakan di gedung madrasah mualimin NU wonokromo Surabaya pada tanggal 14-16 April 1960. kelahiran PMII ini diplokamirkan di balai pemuda Surabaya maka pada saat itu atas kesepakatan bersama bahwa PMII lahir pada tanggal 17 April 1960 bertepatan 21 syawal 1379 H. Maka setiap tanggal tersebut. diperingati “Hari Lahir Pergerakan Mahasisiwa Islam Indonesia” (Harlah PMII).
D.    Reaksi Terhadap Kelahiran PMII

Kendatipun kelahiran PMII murni atas inisiatif mahasiswa-mahsiswa nahdiyin, ternyata dikemudain masih saja menimbulkan masalah, setidak-tidaknya bagi organisasi mahasiswa yang sudah ada, seperti HMI sempat mengalami kegoncanagan internal, sebab para anggota HMI yang berasal dari mahasiswa nahdiyin akan keluar dari HMI, kemudain bergabung dengan PMII. Masalahnya dalah HMI menganggap organisasinya itu sudah menampung faham keagamaan, kemudain muncul PMII, maka tidak heran kalau HMI mengnganggap kelahiran PMII sebagai sparatis.

Reaksi itu kemudain semakin keras pada acara resepsi kongres PMII II di yogyakarta Tahun 1963, dalam resepsi tersebut ditampilkan hiburan grup musik dengan para penyanyi perempuan. Peristiwa itu telah membuat tidak senang para kiyai dan hadirin yang berpandangan tradisionalis. Akibatnya PMII mendapat teguran dari PBNU. Akan tetapi berkat ketulusan dan argumnentasi yang baik dari PMII, ahirnya bisa meyakinkan semua pihak, terutama para kiyai.

Kurang lebih satu tahun sejak PMII sampai kongres I di tawamangu jawa tengah PMII masih mempunyai 13 cabang yaitu:

1.            Cabang Yogyakarta
2.            Cabang Surakarta
3.            Cabang Semarang
4.            Cabang Bandung
5.            Cabang Jakarta
6.            Cabang Ciputat
7.            Cabang Malang
8.            Cabang Makasar/Ujung Pandang
9.            Cabang Surabaya
10.        Cabang Banjarmasin
11.        Cabang Padang
12.        Cabang Banda Aceh
13.        Cabang Ceribon

Pada kongres II di jogjakarta tanggal 25-29 Desember 1963 yang dihadiri 31 cabang PMII, 18 cabang diantaranya merupakan cabang baru diantaranya:
  1. Cabang Manado
  2. Cabang Tulungagng
  3. Cabang Serang
  4. Cabang Jambi
  5. Cabang Ambon
  6. Cabang Jember
  7. Cabang Purwokerto
  8. Cabang Palembang
  9. Cabang Medan
  10. Cabang Martapura
  11. Cabang Sibolga
  12. Cabang Kudus
  13. Cabang Bogor
  14. Cabang Pematang Siantar
  15. Cabang Curup (Bnegkulu)
  16. Cabang Tasikmalaya
  17. Cabang Kediri
  18. Cabang Amuntai
BAB II
MASA KEBANGKITAN (1964-1968)

A.    PMII dan Kebangkitan Orde Baru

Pada tanggal 19-26 desember 1964 dijakarta pernah diadakan musyawarah nasional generasi muda islam yan gkemudaian lebih dikenal dengan GEMUIS musyawarah yang gagasan awalnya muncul dari gerakan pemuda ansor, bertujuan untuk memperkuat ukhuwah islamiyah yang pada saat itu sedan g mengalami cobaan-cobaan akibat fitnah yang dilancarkan oleh PKI. Hasil pertemuan tingkat nasional generasi muda islam ini memutuskan membentuk suatu organisasi yang konfederatif. PMII dalam organisai duduk sebagai sekretaris jendral presidium pusat yang diwakili oleh sahabat said budairi. Musyawarah ini sebagai reaksi atas aksi-aksi yang dilancarkan oleh antek-antek PKI.

Adapun kelahiran orde baru dapat dikatakan sebagai langkah koreksi total terhadap kebijakan orde lama. Kelahiran orde baru sebenarnya merupakan conditionine quanon, karena nampaknya rezim orde lama sudah tidak mampu lagi berdiri secara politis apalagi secara ekonomis. Kelahiran orde baru ini dipercepat dengan adanya gerakan PKI yang berusaha merebut kekuasaan melalui aksi kudeta yang kemudain dikenal dengan gerakan 30 september (G.30.S/PKI)

Melihat kondisi seperti itu, para toakoh dan aktivis organisasi ekstra maupun intra kampus berinisiatif membentuk suatu wadah perjuangan untuk menegagkan kembali keadilan dan meyuarakan aspirasi rakyat Indonesia. Mereka tampil denga semboyan TRI TURA (Tiga Tuntutat Rakyat):

  1. Bubarkan PKI beserta Antek-anteknya
  2. Retor mentri-mentri yang bodoh
  3. Turunkan harga

Gerakan itu dipimpin oleh okoh-tokoh mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Organisasi perjuangan ini di dirikan dirumah mentri PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan)
Prof. DR. Syarif Toyib. Di jalan imam bonjol 26 jakarta pada tanggal 25 oktober 1965. organisasi ini di dasari diantaranya:

  1. Mengamankan pancasila
  2. Memperkuat bantuan kepad aABRI dalam menumpas G.30.S./PKI

Dimulai aksi-aksi mahasiswa makin lama makin besar, suatu gerakan politik yang hampir tidak diduga-duga sebelumnya. Gerakan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI dengan cepat merebut kemenangan-kemenangan politik, bukan saja karna sasarannya yang tepat serta tidak mempunyai kepentingan apa-apa kecuali Indonesia yang adil dan makmur, tetapi juga karena mendapat dukungan massa. Garis-garis yang ditentukan PP PMII cukup jelas, ikut dan pimpin KAMI mulai pusat sampai daerah. Kebijakan ini sudah di lakukan dengan cepat dan jelas. Dan pada saat itu sahabat Zamroni (ketua 1 PP PMII) telah memimpin KAMI, baik dari awal hingga ahir bubarnya KAMI, yang itu berarti juga kepemimpinan PMII. Saksi yang tidak dapat diabaikan oleh siapapun “jemari tangan kanan sahabat zamroni yang tinggal dua buah” yang tiga putus karena memimpin demonstrasi KAMI dalam menegakkan orde baru.

B.     PMII dan Kemahasiswaan Dan Kepemudaan

PMII sebagai organisasi mahasiswa yang juga berdimensi kepemudaan, maka aktivitas yang dilakukan disamping di dunia kemahasiswaan juga dunia kepemudaan. Aktivis PMII yang perlu dicatat antara kurun waktu 1965-1968 hal ini penting karena berkaitan dengan lahirnya angkatan baru dalam dunia kepemudaan Indonesia, yang ahirnya angkatan ini dikenal dengan istilah “Angkatan 66”. kelahiran angkatan 66 ini merupakan reaksi terhadap kebijakan presiden soekarno yang membiarkan PKI dan antek-anteknya tetap hidup di bumi pertiwi ini, kendatipun PKI melakukan makar dengan melakukan gerakan 30 september. Ketidak mampuan pemerintah orde lama untuk mengambil tindakan tegas terhadap PKI ini, mungkin Karena kehawtiran rezim saekarno akan reaksi pemerintah komunis cina yang merupakan pendukung utama dalam menghadapi politik konfrontasi dengan Malaysia dan Negara-negara barat lainnya.

PMII sebagai bagian dari mahasiswa dan generasi muda penerus bangsa merasa terpanggil untuk membela kepentingna rakyat. Karena melihat lembaga legeslatif tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya serta tersumbatnya saluran dialog dengan pemerintah. Maka mahasiswa mengambil alih peran legeslatif dan gerakan protes di jalan –jalan raya. Mereka meneriakkan aspirasi rakyat yang tertindas yang dikenal dengan TRI TURA. Sejak saat itulah gerakan mahasiswa, pemuda dan pelajar dikenal dengan istilah baru “GERAKAN PARLEMEN JALANAN”

C.    Pasang Surut Hubungan PMII dan HMI

Seperti kita ketahui bahwa kelahiran PMII dianggap tidak lain sebagai tindakan memecah belah persatuan umat islam sekelompok mahasiswa yang haus akan kedudukan serta tuduhan yang cukup menyakitkan adalah bahwa kelahiran PMII itu dianggap sebagai penghianatan terhadap ikrar umat islam yang dikenal dengan “Perjanjian Seni Sono” yang dilaksanakan pada 20-25 desember 1949 di jogjakarta, yang salah satu isinya adalah “Pengakuan Terhadap HMI Sebagai Satu-Satunya Organisai Mahasiswa Islam Di Indonesia”.

Tanpa mengurangi rasa hormat dan bukan bermaksut untuk membenarkan sejarah tapi kenyataanya seperti ini: kita ketahui, bahwa HMI dituduh kontra revolusioner oleh pemerintahan orde lama, dan HMI diberi kesempatan selama 6 Bulan untuk memperbaiki citranya. Pada saat itulah PB HMI datang kepada sahabat mahbub djunaidi (pada waktu itu  sebagai ketum PB PMII). Secara singkat mahbub djunaidi menceritakan:
pada suatu hari datang kepada saya tokoh HMI yaitu Marie Muhammad dan Dahlan Ranuwiharjo, kedatangan kedua tokoh HMI itu bertujuan agar saya dapat mengusahakan satu permohonan langsung kepada presiden soekerno supaya HMI tidak jadi dibubarkan (baca selengkapnya dalam lampiran)

Dalam perjalan sejarah “Pertarungan” PMII dan HMI ketika itu memang terasa semakin mengental, entah apa yang menjadi alasan bagi mereka, yang jelas Kafrowi Ridwan dkk di jogja mendemo mentri agama  Prof. Dr. saifudin zuhri. Padahal saat-saat yang bersamaan, disamping sahabat mahbub djunaidi, para tokoh PBNU sedang sibuk mondar-mandir menghadap bung karno agar HMI tidak dibubarkan. Ketua umum PBNU KH.Idham Kholid dan mentri agama Prof. DR saifudin zuhri justru berusaha meyakinkan Bung karno agar tidak membubarkan HMI. Langkah-langkah yang dilakukan sahabat mahbub djunaidi dan tokoh NU ini di ketahui persis oleh sementara PB HMI. Tapi bagi sebagian yang lain dianggap sebagai angin lalu, dan bahkan dianggap sesuatu yang mustahil dan tidak pernah ada.

Mahbub djunaidi melakukan pembelaan ini semata-mata karena ukhuwah islamiah, dan merasa HMI adalah saudara seperjuangan sesama mahasiswa islam. Ketika itu sahabat mahbub djunaidi merupakan tokoh mahasiswa satu-satunya yang mempunyai akses langsung kepada presiden soekarno.


BAB III
MASA PERJUANGAN HIDUP PERGERAKAN (1970-1972)

A.    MUBES II dan Deklarasi Murnajati

Salah satu momentum sejarah perjalanan PMII yang membawa pada perubahan secara mendasar pada perjalanan PMII pada waktu itu diselengarakanya MUBES II pada tanggal 14-16 juli 1972. selanjutnya adalah dicetusnya “Independensi PMII” pada tanggal 14 April 1972 di murnajati lawang malang jawa timur. Yang kemudian kita kenal dengan DEKLARASI MURNAJATI.

Beberapa factor yang mendorong PMII untuk independensi:
  1. Independensi PMII merupakan proses rekayasa social PMII dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
  2. Mahasiswa sebagi insane akademis harus menentukan sikap, ukurannya adalah obyektif dalam mengemukakan ilmu, cinta kebenaran dan keadilan.
  3. PMII merasa canggung dalam mengahdapi masalah-masalah nasional karena harus melihat dan memperhatikan kepentingan induknya
  4. Untuk mengembankan idiolaginya, PMII mencoba memperjuangkan sendiri, sebabb dengan perubahan AD/ART yang tidak lagi dibatasi secara formal oleh madzhab yang empat. Dengan demikian diharapkan PMII dapat berkembang diperguruan tinggi umum, terlebih diperguruan tinggi agama
  5. sedangkan secara politis, sikap independensi itu konon ada bargaining antara tokoh PMII dengan pemerintah, dan ini terbukti sejumlah tokoh PMII tersebut, seperti sahabat Zamroni, Abduh Padare, Hatta Mustofa, Said Budairy, tercatat sebagai orang yang melahirkan deklarasi pemuda yang kemudian menjadi (KNPI) Komite Nasional Pemuda Indonesia.

Sejak dikumandangkan deklarasi murnajati itulah PMII menjadi organisasi bebas menentukan kehendak dan idealismenya, tanpa harus berkonsultasi dengan organisasi lain, termasuk dengan NU. Akan tetapi keterpisahan secara struktur tidak membatasi ikatan emosional antara kedua organisasi ini. Antara keduanya masih mempunyai benang merah pemahaman Ahlussunah Waljama’ah.

B.     PMII dan Kelompok Cipayung
Dalam sejarah perjuangan bangsa, peran mahasiswa cukup signifikan, bahkan sejarah membuktikan cikal bakal kebangkitan nasional dimulai dengan tumbuhnya kesadaran mahasiswa untuk turut memikirkan nasib bangsanya. Pada yahun 1908 sekelompok mahasiswa yang menuntut ilmu pada sekolah kedokteran bergerak membentuk wadah pergerakan yang kemudian dikenal dengan nama “Budi Utomo”. wadah inilah yang merupakan cikal bakal dari kesadaran mahsiswa dan pemuda untuk memikirkan nasib bangsa.

Anak-anak muda islam yang berhimpun dalam HMI, namun aspirasinya tidak tersalurkan melalui wadah ini sehingga mereka bergerak untuk membentuk wadah-wadah perjungan yang berlabel mahasiswa. Antra lain adalah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berdiri pada tahun 1954, menyatakan diri sebagai underbow Partai Nasioanl Indonesai (PNI), tetapi pada tahun 1971 GMNI menyatakan diri untuk independent. Kemudian di kelompok PKI juga melahirkan Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI). Dikalangan kelompok Kristen juga lahir organisasi mahasiswa Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Begitu Juga kelompok katolik ada Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republic Indonesia (PMKRI). kemudian Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir pada 17 april 1960, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pada tahun 1964. dan masih banyak yang lainnya.

Pada 25 oktober 1965 di Jakarta mereka membentuk KAMI (Kesataun Aksi Mahasiswa Indonesai). KAMI bangkit dan menentang kedoliman rezim orde lama dengan TRI-TURA (Tiga Tuntut Rakyat). KAMI turun ke jalan-jalan berdemonstrasi, Karen ajalan konsultasi sudah tidak mungkin dilalui. Berkat KAMI inilah orde baru dapat didorong untuk mempercepat kelahirannya. Tetapi stelah orde baru lahir dengan mapan, justru KAMI kehilangan vitalitasnya untuk hidup eksis.

Hidup dalam suasana kebersamaan antar organisasi mahasiswa ahirnya lahir juga setelah melalui proses panjang. Pada tanggal 20-22 januari 1972 dalam pegunungan yang sejuk kelompok mahasiswa yang tergabung dalam wadah GMNI, GMKI, HMI, dan PMKRI, menyatukan diri dalam wadah kebersamaan menuju cita-cita: indonesai yang lebih kita cita-citakan. Wadah ini ahirnya dikenal dengan nama “KELOMPOK CIPAYUNG”. Dan pencetus kelompok cipayung Akbar Tanjung (Ketum PB HMI), Kris Siner Key Timu (Ketua Predisium PP PMKRI) dan Binsar Sianipar (Ketum PP GMKI). Pada awal kelahiran kelompok ini berhasil mencetuskan pokok-pokok pikiran tentang INDONESIA YAN GKITA CITA-CITAKAN. Kesepakatan ini di dahului dengan suatu pernyataan “kami generasi muda penerus dan pewaris bangsa di masa depan, belajar dari sejarah masa lampau bahwasanya dis-orientasi yang terjadi dalam perjalanan bangsa, selalu akan menghambat kemajuan bangsa, oleh karenannya, kesatuan perjuangan generasi muda untuk membangun negeri ini merupakan tuntutan bangsa secara mutlak”.

Bahwa kelompok cipayung ini, dibentuk oleh empat organisasi ekstra kampus: HMI, GMKI, GMNI dan PMKRI. Salah satu kesepakatan yang tidak tertulis adalah anggota kelompok cipayung ini bukan organisasi mahasiswa underbow partai/golongan.

Dan pada waktu itu PMII masih merupakan underbow partai NU. Namun setelah PMII independen maka pada tahun 1974 PMII masuk dalam kelompok cipayung yang pada waktu itu abduh paddare sabagai ketum PB PMII. Dan dua tahun kemudain PB PMII dipercaya menyelenggarakn pertemuan kelompok cipayung ke 3 pada januari 1976. keterlibatan PMII dalam kelompok cipayung tidak lepas dari upaya terwujudnya citra PMII, yang meliputi: Citra Kemahasiswaan, Citra Ke Islaman, Citra Ke Indonesiaan.

DAFTAR PUSTAKA

--Fauzan Alfas, PMII dalam Simpul-simpul Sejarah Perjuangan, Tahun 2006.
--Buku panduan MAPABA PMII Komisariat Jurai Siwo Metro Tahun 2003
--Pedoman acara Rapat Tahunan Komisariat IAIN Metro Tahun 1987
--Buku panduan MAPABA PMII Komisariat IAIN Raden Intan Metro Tahun 1991



BAB I
EMBRIONAL KELAHIRAN PMII (1955-1963)

A.    Cikal Bakal Kelahiran PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman. Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bermula dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusssunnah Wal Jama'ah. Dibawah ini adalah beberapa hal penyebab berdirinya PMII:
1.      Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.
2.      Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada.
3.      Pisahnya NU dari Masyumi.
4.      Tidak enjoynya lagi mahasiswa NU yang tergabung di HMI karena tidak terakomodasinya dan terpinggirkannya mahasiswa NU.
5.      Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang notabene HMI adalah underbouw-nya.
6.      Berusaha melestariakan islam ahlussunah waljama’ah
Hal-hal tersebut diatas menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat dikalangan intelektual-intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa-mahsiswa yang berkultur NU. Disamping itu juga ada hasrat yang kuat dari kalangan mahsiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama'ah.
Sebelum adanya PMII para mahasiswa yang notabeni berkultur nahdlatul ulama telah ada kelompok-kelompok organisasi. Di Jakarta pada bulan Desember 1955, berdirilah Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) yang dipelopori oleh Wa'il Harits Sugianto.Sedangkan di Surakarta berdiri KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama) yang dipelopori oleh Mustahal Ahmad. Namun keberadaan kedua organisasi mahasiswa tersebut tidak direstui bahkan ditentang oleh Pimpinan Pusat IPNU dan PBNU dengan alasan IPNU baru saja berdiri dua tahun sebelumnya yakni tanggal 24 Februari 1954 di Semarang. IPNU punya kekhawatiran jika IMANU dan KMNU akan memperlemah eksistensi IPNU.
Gagasan pendirian organisasi mahasiswa NU muncul kembali pada Muktamar II IPNU di Pekalongan (1-5 Januari 1957). Gagasan ini pun kembali ditentang karena dianggap akan menjadi pesaing bagi IPNU. Sebagai langkah kompromis atas pertentangan tersebut, maka pada muktamar III IPNU di Cirebon (27-31 Desember 1958) dibentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang diketuai oleh Isma'il Makki (Yogyakarta). Namun dalam perjalanannya antara IPNU dan Departemen PT-nya selalu terjadi ketimpangan dalam pelaksanaan program organisasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cara pandang yang diterapkan oleh mahasiswa dan dengan pelajar yang menjadi pimpinan pusat IPNU. Disamping itu para mahasiswa pun tidak bebas dalam melakukan sikap politik karena selalu diawasi oleh PP IPNU.

B.     Situasi dan Kondisi Politik Sekitar Kelahiran PMII

Ada beberapa situasi dan kondisia yang melatar belakangi proses kelahiran PMII saaat itu, antara lain situasi politik Negara republic indonesai posisi umat islam di Indonesia dan keadaan organisasi mahasiswa saat itu. Dengan keadaan oraganisasi mahasiswa saat itu adalah suatu wadah aktifitas para mahasiswa diluar kampus. Dengan wadah seperti itu aktifitas mahasiswa banyak memberikan andil besar terhadap pasang surutnya sejarah bangsa Indonesia, khususnya generasi muda. Andil tersebut digerakan oleh idialisme yang berorientasi pada situasi yang selalu menghendaki adanya perubahan kearah perbaikan bangsa, sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia, pancasila dan UUD 1945.

Generasi muda khususnya para mahasiswa merupakan kelompok terpelajar yang mendapat perhatian kusus dari npemerintah, lantaran menyangkut masa depan kehidupan bangsa. Situasi dunia kemahaisswaaan saat itu banyak terkait dengan kondisi politik nasional. Sebab sejarah kemahasiswaan di Indonesia pun parallel dengan apa yang terjadi pada dasa warsa 1950 an, banyak berkaitan dengan persoalan-persoalan politik, sebab mahasiswa saat itu lebih cendrung merupakan alat partai politik. Demikian juga misalnya ketika pelaksanaan pemilu tahun 1955, organisasi mahasiswa islam yang pada saat itu diwakili HMI pada saat itu menyerukan kepada masyarakat supaya memilih partai-partai islam, dan kusus kepada warganya supaya memilih salah satu partai yang disenangi.

Keterlibatan mahasiswa dalam politik praktis di imbangi pula dengan aktifitas-aktifitas di bidang kepemudaan baik dalam sekala nasional mauoun internasional. FPII (Fron Pemuda Islam Indonesia) yang telah menghantarkan peran serta para pemuda islam Indonesia. Demikian juga dengan kehadiran GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia) Sementara PPMI (Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Islam) dan MMI (Majlis Mahsiswa Indonesia) yaitu wadah federatif organisasi ekstra dan intra universitas telah memberi warna tersendiri dalam dunia kemahasiswaan.

C.    Proses kelahiran PMII
Oleh karena itu gagasan legalisasi organisasi mahasiswa NU senantiasa muncul dan mencapai puncaknya pada konferensi besar (KONBES) IPNU I di Kaliurang pada tanggal 14-17 Maret 1960. Dari forum ini kemudian kemudian muncul keputusan perlunya mendirikan organisasi mahasiswa NU secara khusus di perguruan tinggi. Selain merumuskan pendirian organ mahasiswa, KONBES Kaliurang juga menghasilkan keputusan penunjukan tim perumus pendirian organisasi yang terdiri dari 13 tokoh mahasiswa NU. Mereka adalah:
  1. A. Khalid Mawardi (Jakarta)
  2. M. Said Budairy (Jakarta)
  3. M. Sobich Ubaid (Jakarta)
  4. Makmun Syukri (Bandung)
  5. Hilman (Bandung)
  6. Ismail Makki (Yogyakarta)
  7. Munsif Nakhrowi (Yogyakarta)
  8. Nuril Huda Suaidi (Surakarta)
  9. Laily Mansyur (Surakarta)
  10. Abd. Wahhab Jaelani (Semarang)
  11. Hizbulloh Huda (Surabaya)
  12. M. Kholid Narbuko (Malang)
  13. Ahmad Hussein (Makassar)
Pada tanggal 19 Maret 1960 mereka berangkat ke Jakarta menghadap ketua umum partai NU yaitu KH. Idham Cholid untuk meminta nasehat sebagai pegangan pokok dalam musyawarah yang akan dilkasanakan. Dan pada tanggal 24 maret 1960 mereka diterima oleh ketua partai NU, dalam pertemuan tersebut selain memberikan nasehat, beliau juga menekankan hendaknya organisasi yang akan dibentuk itu benar-benar dapat dihandalkan sebagai kader NU. Dan menjadi mahasiswa yang berperinsip ilmu untuk diamalkan bagi kepenting rakyat. Setelah beliau menyatakan “Merestui Musywarah Mahasiswa Nahdiyin Yang akan Dilaksanakan Disurabaya”
Lalu ke 13 tokoh tersebut melaksanakan musyawarah mahasiswa nahdiyin yang diselenggarakan di gedung madrasah mualimin NU wonokromo Surabaya pada tanggal 14-16 April 1960. kelahiran PMII ini diplokamirkan di balai pemuda Surabaya maka pada saat itu atas kesepakatan bersama bahwa PMII lahir pada tanggal 17 April 1960 bertepatan 21 syawal 1379 H. Maka setiap tanggal tersebut. diperingati “Hari Lahir Pergerakan Mahasisiwa Islam Indonesia” (Harlah PMII).
D.    Reaksi Terhadap Kelahiran PMII

Kendatipun kelahiran PMII murni atas inisiatif mahasiswa-mahsiswa nahdiyin, ternyata dikemudain masih saja menimbulkan masalah, setidak-tidaknya bagi organisasi mahasiswa yang sudah ada, seperti HMI sempat mengalami kegoncanagan internal, sebab para anggota HMI yang berasal dari mahasiswa nahdiyin akan keluar dari HMI, kemudain bergabung dengan PMII. Masalahnya dalah HMI menganggap organisasinya itu sudah menampung faham keagamaan, kemudain muncul PMII, maka tidak heran kalau HMI mengnganggap kelahiran PMII sebagai sparatis.

Reaksi itu kemudain semakin keras pada acara resepsi kongres PMII II di yogyakarta Tahun 1963, dalam resepsi tersebut ditampilkan hiburan grup musik dengan para penyanyi perempuan. Peristiwa itu telah membuat tidak senang para kiyai dan hadirin yang berpandangan tradisionalis. Akibatnya PMII mendapat teguran dari PBNU. Akan tetapi berkat ketulusan dan argumnentasi yang baik dari PMII, ahirnya bisa meyakinkan semua pihak, terutama para kiyai.

Kurang lebih satu tahun sejak PMII sampai kongres I di tawamangu jawa tengah PMII masih mempunyai 13 cabang yaitu:

1.            Cabang Yogyakarta
2.            Cabang Surakarta
3.            Cabang Semarang
4.            Cabang Bandung
5.            Cabang Jakarta
6.            Cabang Ciputat
7.            Cabang Malang
8.            Cabang Makasar/Ujung Pandang
9.            Cabang Surabaya
10.        Cabang Banjarmasin
11.        Cabang Padang
12.        Cabang Banda Aceh
13.        Cabang Ceribon

Pada kongres II di jogjakarta tanggal 25-29 Desember 1963 yang dihadiri 31 cabang PMII, 18 cabang diantaranya merupakan cabang baru diantaranya:
  1. Cabang Manado
  2. Cabang Tulungagng
  3. Cabang Serang
  4. Cabang Jambi
  5. Cabang Ambon
  6. Cabang Jember
  7. Cabang Purwokerto
  8. Cabang Palembang
  9. Cabang Medan
  10. Cabang Martapura
  11. Cabang Sibolga
  12. Cabang Kudus
  13. Cabang Bogor
  14. Cabang Pematang Siantar
  15. Cabang Curup (Bnegkulu)
  16. Cabang Tasikmalaya
  17. Cabang Kediri
  18. Cabang Amuntai
BAB II
MASA KEBANGKITAN (1964-1968)

A.    PMII dan Kebangkitan Orde Baru

Pada tanggal 19-26 desember 1964 dijakarta pernah diadakan musyawarah nasional generasi muda islam yan gkemudaian lebih dikenal dengan GEMUIS musyawarah yang gagasan awalnya muncul dari gerakan pemuda ansor, bertujuan untuk memperkuat ukhuwah islamiyah yang pada saat itu sedan g mengalami cobaan-cobaan akibat fitnah yang dilancarkan oleh PKI. Hasil pertemuan tingkat nasional generasi muda islam ini memutuskan membentuk suatu organisasi yang konfederatif. PMII dalam organisai duduk sebagai sekretaris jendral presidium pusat yang diwakili oleh sahabat said budairi. Musyawarah ini sebagai reaksi atas aksi-aksi yang dilancarkan oleh antek-antek PKI.

Adapun kelahiran orde baru dapat dikatakan sebagai langkah koreksi total terhadap kebijakan orde lama. Kelahiran orde baru sebenarnya merupakan conditionine quanon, karena nampaknya rezim orde lama sudah tidak mampu lagi berdiri secara politis apalagi secara ekonomis. Kelahiran orde baru ini dipercepat dengan adanya gerakan PKI yang berusaha merebut kekuasaan melalui aksi kudeta yang kemudain dikenal dengan gerakan 30 september (G.30.S/PKI)

Melihat kondisi seperti itu, para toakoh dan aktivis organisasi ekstra maupun intra kampus berinisiatif membentuk suatu wadah perjuangan untuk menegagkan kembali keadilan dan meyuarakan aspirasi rakyat Indonesia. Mereka tampil denga semboyan TRI TURA (Tiga Tuntutat Rakyat):

  1. Bubarkan PKI beserta Antek-anteknya
  2. Retor mentri-mentri yang bodoh
  3. Turunkan harga

Gerakan itu dipimpin oleh okoh-tokoh mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Organisasi perjuangan ini di dirikan dirumah mentri PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan)
Prof. DR. Syarif Toyib. Di jalan imam bonjol 26 jakarta pada tanggal 25 oktober 1965. organisasi ini di dasari diantaranya:

  1. Mengamankan pancasila
  2. Memperkuat bantuan kepad aABRI dalam menumpas G.30.S./PKI

Dimulai aksi-aksi mahasiswa makin lama makin besar, suatu gerakan politik yang hampir tidak diduga-duga sebelumnya. Gerakan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI dengan cepat merebut kemenangan-kemenangan politik, bukan saja karna sasarannya yang tepat serta tidak mempunyai kepentingan apa-apa kecuali Indonesia yang adil dan makmur, tetapi juga karena mendapat dukungan massa. Garis-garis yang ditentukan PP PMII cukup jelas, ikut dan pimpin KAMI mulai pusat sampai daerah. Kebijakan ini sudah di lakukan dengan cepat dan jelas. Dan pada saat itu sahabat Zamroni (ketua 1 PP PMII) telah memimpin KAMI, baik dari awal hingga ahir bubarnya KAMI, yang itu berarti juga kepemimpinan PMII. Saksi yang tidak dapat diabaikan oleh siapapun “jemari tangan kanan sahabat zamroni yang tinggal dua buah” yang tiga putus karena memimpin demonstrasi KAMI dalam menegakkan orde baru.

B.     PMII dan Kemahasiswaan Dan Kepemudaan

PMII sebagai organisasi mahasiswa yang juga berdimensi kepemudaan, maka aktivitas yang dilakukan disamping di dunia kemahasiswaan juga dunia kepemudaan. Aktivis PMII yang perlu dicatat antara kurun waktu 1965-1968 hal ini penting karena berkaitan dengan lahirnya angkatan baru dalam dunia kepemudaan Indonesia, yang ahirnya angkatan ini dikenal dengan istilah “Angkatan 66”. kelahiran angkatan 66 ini merupakan reaksi terhadap kebijakan presiden soekarno yang membiarkan PKI dan antek-anteknya tetap hidup di bumi pertiwi ini, kendatipun PKI melakukan makar dengan melakukan gerakan 30 september. Ketidak mampuan pemerintah orde lama untuk mengambil tindakan tegas terhadap PKI ini, mungkin Karena kehawtiran rezim saekarno akan reaksi pemerintah komunis cina yang merupakan pendukung utama dalam menghadapi politik konfrontasi dengan Malaysia dan Negara-negara barat lainnya.

PMII sebagai bagian dari mahasiswa dan generasi muda penerus bangsa merasa terpanggil untuk membela kepentingna rakyat. Karena melihat lembaga legeslatif tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya serta tersumbatnya saluran dialog dengan pemerintah. Maka mahasiswa mengambil alih peran legeslatif dan gerakan protes di jalan –jalan raya. Mereka meneriakkan aspirasi rakyat yang tertindas yang dikenal dengan TRI TURA. Sejak saat itulah gerakan mahasiswa, pemuda dan pelajar dikenal dengan istilah baru “GERAKAN PARLEMEN JALANAN”

C.    Pasang Surut Hubungan PMII dan HMI

Seperti kita ketahui bahwa kelahiran PMII dianggap tidak lain sebagai tindakan memecah belah persatuan umat islam sekelompok mahasiswa yang haus akan kedudukan serta tuduhan yang cukup menyakitkan adalah bahwa kelahiran PMII itu dianggap sebagai penghianatan terhadap ikrar umat islam yang dikenal dengan “Perjanjian Seni Sono” yang dilaksanakan pada 20-25 desember 1949 di jogjakarta, yang salah satu isinya adalah “Pengakuan Terhadap HMI Sebagai Satu-Satunya Organisai Mahasiswa Islam Di Indonesia”.

Tanpa mengurangi rasa hormat dan bukan bermaksut untuk membenarkan sejarah tapi kenyataanya seperti ini: kita ketahui, bahwa HMI dituduh kontra revolusioner oleh pemerintahan orde lama, dan HMI diberi kesempatan selama 6 Bulan untuk memperbaiki citranya. Pada saat itulah PB HMI datang kepada sahabat mahbub djunaidi (pada waktu itu  sebagai ketum PB PMII). Secara singkat mahbub djunaidi menceritakan:
pada suatu hari datang kepada saya tokoh HMI yaitu Marie Muhammad dan Dahlan Ranuwiharjo, kedatangan kedua tokoh HMI itu bertujuan agar saya dapat mengusahakan satu permohonan langsung kepada presiden soekerno supaya HMI tidak jadi dibubarkan (baca selengkapnya dalam lampiran)

Dalam perjalan sejarah “Pertarungan” PMII dan HMI ketika itu memang terasa semakin mengental, entah apa yang menjadi alasan bagi mereka, yang jelas Kafrowi Ridwan dkk di jogja mendemo mentri agama  Prof. Dr. saifudin zuhri. Padahal saat-saat yang bersamaan, disamping sahabat mahbub djunaidi, para tokoh PBNU sedang sibuk mondar-mandir menghadap bung karno agar HMI tidak dibubarkan. Ketua umum PBNU KH.Idham Kholid dan mentri agama Prof. DR saifudin zuhri justru berusaha meyakinkan Bung karno agar tidak membubarkan HMI. Langkah-langkah yang dilakukan sahabat mahbub djunaidi dan tokoh NU ini di ketahui persis oleh sementara PB HMI. Tapi bagi sebagian yang lain dianggap sebagai angin lalu, dan bahkan dianggap sesuatu yang mustahil dan tidak pernah ada.

Mahbub djunaidi melakukan pembelaan ini semata-mata karena ukhuwah islamiah, dan merasa HMI adalah saudara seperjuangan sesama mahasiswa islam. Ketika itu sahabat mahbub djunaidi merupakan tokoh mahasiswa satu-satunya yang mempunyai akses langsung kepada presiden soekarno.


BAB III
MASA PERJUANGAN HIDUP PERGERAKAN (1970-1972)

A.    MUBES II dan Deklarasi Murnajati

Salah satu momentum sejarah perjalanan PMII yang membawa pada perubahan secara mendasar pada perjalanan PMII pada waktu itu diselengarakanya MUBES II pada tanggal 14-16 juli 1972. selanjutnya adalah dicetusnya “Independensi PMII” pada tanggal 14 April 1972 di murnajati lawang malang jawa timur. Yang kemudian kita kenal dengan DEKLARASI MURNAJATI.

Beberapa factor yang mendorong PMII untuk independensi:
  1. Independensi PMII merupakan proses rekayasa social PMII dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
  2. Mahasiswa sebagi insane akademis harus menentukan sikap, ukurannya adalah obyektif dalam mengemukakan ilmu, cinta kebenaran dan keadilan.
  3. PMII merasa canggung dalam mengahdapi masalah-masalah nasional karena harus melihat dan memperhatikan kepentingan induknya
  4. Untuk mengembankan idiolaginya, PMII mencoba memperjuangkan sendiri, sebabb dengan perubahan AD/ART yang tidak lagi dibatasi secara formal oleh madzhab yang empat. Dengan demikian diharapkan PMII dapat berkembang diperguruan tinggi umum, terlebih diperguruan tinggi agama
  5. sedangkan secara politis, sikap independensi itu konon ada bargaining antara tokoh PMII dengan pemerintah, dan ini terbukti sejumlah tokoh PMII tersebut, seperti sahabat Zamroni, Abduh Padare, Hatta Mustofa, Said Budairy, tercatat sebagai orang yang melahirkan deklarasi pemuda yang kemudian menjadi (KNPI) Komite Nasional Pemuda Indonesia.

Sejak dikumandangkan deklarasi murnajati itulah PMII menjadi organisasi bebas menentukan kehendak dan idealismenya, tanpa harus berkonsultasi dengan organisasi lain, termasuk dengan NU. Akan tetapi keterpisahan secara struktur tidak membatasi ikatan emosional antara kedua organisasi ini. Antara keduanya masih mempunyai benang merah pemahaman Ahlussunah Waljama’ah.

B.     PMII dan Kelompok Cipayung
Dalam sejarah perjuangan bangsa, peran mahasiswa cukup signifikan, bahkan sejarah membuktikan cikal bakal kebangkitan nasional dimulai dengan tumbuhnya kesadaran mahasiswa untuk turut memikirkan nasib bangsanya. Pada yahun 1908 sekelompok mahasiswa yang menuntut ilmu pada sekolah kedokteran bergerak membentuk wadah pergerakan yang kemudian dikenal dengan nama “Budi Utomo”. wadah inilah yang merupakan cikal bakal dari kesadaran mahsiswa dan pemuda untuk memikirkan nasib bangsa.

Anak-anak muda islam yang berhimpun dalam HMI, namun aspirasinya tidak tersalurkan melalui wadah ini sehingga mereka bergerak untuk membentuk wadah-wadah perjungan yang berlabel mahasiswa. Antra lain adalah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berdiri pada tahun 1954, menyatakan diri sebagai underbow Partai Nasioanl Indonesai (PNI), tetapi pada tahun 1971 GMNI menyatakan diri untuk independent. Kemudian di kelompok PKI juga melahirkan Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI). Dikalangan kelompok Kristen juga lahir organisasi mahasiswa Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Begitu Juga kelompok katolik ada Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republic Indonesia (PMKRI). kemudian Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir pada 17 april 1960, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pada tahun 1964. dan masih banyak yang lainnya.

Pada 25 oktober 1965 di Jakarta mereka membentuk KAMI (Kesataun Aksi Mahasiswa Indonesai). KAMI bangkit dan menentang kedoliman rezim orde lama dengan TRI-TURA (Tiga Tuntut Rakyat). KAMI turun ke jalan-jalan berdemonstrasi, Karen ajalan konsultasi sudah tidak mungkin dilalui. Berkat KAMI inilah orde baru dapat didorong untuk mempercepat kelahirannya. Tetapi stelah orde baru lahir dengan mapan, justru KAMI kehilangan vitalitasnya untuk hidup eksis.

Hidup dalam suasana kebersamaan antar organisasi mahasiswa ahirnya lahir juga setelah melalui proses panjang. Pada tanggal 20-22 januari 1972 dalam pegunungan yang sejuk kelompok mahasiswa yang tergabung dalam wadah GMNI, GMKI, HMI, dan PMKRI, menyatukan diri dalam wadah kebersamaan menuju cita-cita: indonesai yang lebih kita cita-citakan. Wadah ini ahirnya dikenal dengan nama “KELOMPOK CIPAYUNG”. Dan pencetus kelompok cipayung Akbar Tanjung (Ketum PB HMI), Kris Siner Key Timu (Ketua Predisium PP PMKRI) dan Binsar Sianipar (Ketum PP GMKI). Pada awal kelahiran kelompok ini berhasil mencetuskan pokok-pokok pikiran tentang INDONESIA YAN GKITA CITA-CITAKAN. Kesepakatan ini di dahului dengan suatu pernyataan “kami generasi muda penerus dan pewaris bangsa di masa depan, belajar dari sejarah masa lampau bahwasanya dis-orientasi yang terjadi dalam perjalanan bangsa, selalu akan menghambat kemajuan bangsa, oleh karenannya, kesatuan perjuangan generasi muda untuk membangun negeri ini merupakan tuntutan bangsa secara mutlak”.

Bahwa kelompok cipayung ini, dibentuk oleh empat organisasi ekstra kampus: HMI, GMKI, GMNI dan PMKRI. Salah satu kesepakatan yang tidak tertulis adalah anggota kelompok cipayung ini bukan organisasi mahasiswa underbow partai/golongan.

Dan pada waktu itu PMII masih merupakan underbow partai NU. Namun setelah PMII independen maka pada tahun 1974 PMII masuk dalam kelompok cipayung yang pada waktu itu abduh paddare sabagai ketum PB PMII. Dan dua tahun kemudain PB PMII dipercaya menyelenggarakn pertemuan kelompok cipayung ke 3 pada januari 1976. keterlibatan PMII dalam kelompok cipayung tidak lepas dari upaya terwujudnya citra PMII, yang meliputi: Citra Kemahasiswaan, Citra Ke Islaman, Citra Ke Indonesiaan.

DAFTAR PUSTAKA

--Fauzan Alfas, PMII dalam Simpul-simpul Sejarah Perjuangan, Tahun 2006.
--Buku panduan MAPABA PMII Komisariat Jurai Siwo Metro Tahun 2003
--Pedoman acara Rapat Tahunan Komisariat IAIN Metro Tahun 1987
--Buku panduan MAPABA PMII Komisariat IAIN Raden Intan Metro Tahun 1991

0 komentar:

Posting Komentar