Pages

Senin, 02 September 2013

BAB II MASA KEBANGKITAN (1964-1968)





A.    PMII dan Kebangkitan Orde Baru

Pada tanggal 19-26 desember 1964 dijakarta pernah diadakan musyawarah nasional generasi muda islam yan gkemudaian lebih dikenal dengan GEMUIS musyawarah yang gagasan awalnya muncul dari gerakan pemuda ansor, bertujuan untuk memperkuat ukhuwah islamiyah yang pada saat itu sedan g mengalami cobaan-cobaan akibat fitnah yang dilancarkan oleh PKI. Hasil pertemuan tingkat nasional generasi muda islam ini memutuskan membentuk suatu organisasi yang konfederatif. PMII dalam organisai duduk sebagai sekretaris jendral presidium pusat yang diwakili oleh sahabat said budairi. Musyawarah ini sebagai reaksi atas aksi-aksi yang dilancarkan oleh antek-antek PKI.

Adapun kelahiran orde baru dapat dikatakan sebagai langkah koreksi total terhadap kebijakan orde lama. Kelahiran orde baru sebenarnya merupakan conditionine quanon, karena nampaknya rezim orde lama sudah tidak mampu lagi berdiri secara politis apalagi secara ekonomis. Kelahiran orde baru ini dipercepat dengan adanya gerakan PKI yang berusaha merebut kekuasaan melalui aksi kudeta yang kemudain dikenal dengan gerakan 30 september (G.30.S/PKI)

Melihat kondisi seperti itu, para toakoh dan aktivis organisasi ekstra maupun intra kampus berinisiatif membentuk suatu wadah perjuangan untuk menegagkan kembali keadilan dan meyuarakan aspirasi rakyat Indonesia. Mereka tampil denga semboyan TRI TURA (Tiga Tuntutat Rakyat):

  1. Bubarkan PKI beserta Antek-anteknya
  2. Retor mentri-mentri yang bodoh
  3. Turunkan harga

Gerakan itu dipimpin oleh okoh-tokoh mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Organisasi perjuangan ini di dirikan dirumah mentri PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan)
Prof. DR. Syarif Toyib. Di jalan imam bonjol 26 jakarta pada tanggal 25 oktober 1965. organisasi ini di dasari diantaranya:

  1. Mengamankan pancasila
  2. Memperkuat bantuan kepad aABRI dalam menumpas G.30.S./PKI

Dimulai aksi-aksi mahasiswa makin lama makin besar, suatu gerakan politik yang hampir tidak diduga-duga sebelumnya. Gerakan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI dengan cepat merebut kemenangan-kemenangan politik, bukan saja karna sasarannya yang tepat serta tidak mempunyai kepentingan apa-apa kecuali Indonesia yang adil dan makmur, tetapi juga karena mendapat dukungan massa. Garis-garis yang ditentukan PP PMII cukup jelas, ikut dan pimpin KAMI mulai pusat sampai daerah. Kebijakan ini sudah di lakukan dengan cepat dan jelas. Dan pada saat itu sahabat Zamroni (ketua 1 PP PMII) telah memimpin KAMI, baik dari awal hingga ahir bubarnya KAMI, yang itu berarti juga kepemimpinan PMII. Saksi yang tidak dapat diabaikan oleh siapapun “jemari tangan kanan sahabat zamroni yang tinggal dua buah” yang tiga putus karena memimpin demonstrasi KAMI dalam menegakkan orde baru.

B.     PMII dan Kemahasiswaan Dan Kepemudaan

PMII sebagai organisasi mahasiswa yang juga berdimensi kepemudaan, maka aktivitas yang dilakukan disamping di dunia kemahasiswaan juga dunia kepemudaan. Aktivis PMII yang perlu dicatat antara kurun waktu 1965-1968 hal ini penting karena berkaitan dengan lahirnya angkatan baru dalam dunia kepemudaan Indonesia, yang ahirnya angkatan ini dikenal dengan istilah “Angkatan 66”. kelahiran angkatan 66 ini merupakan reaksi terhadap kebijakan presiden soekarno yang membiarkan PKI dan antek-anteknya tetap hidup di bumi pertiwi ini, kendatipun PKI melakukan makar dengan melakukan gerakan 30 september. Ketidak mampuan pemerintah orde lama untuk mengambil tindakan tegas terhadap PKI ini, mungkin Karena kehawtiran rezim saekarno akan reaksi pemerintah komunis cina yang merupakan pendukung utama dalam menghadapi politik konfrontasi dengan Malaysia dan Negara-negara barat lainnya.

PMII sebagai bagian dari mahasiswa dan generasi muda penerus bangsa merasa terpanggil untuk membela kepentingna rakyat. Karena melihat lembaga legeslatif tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya serta tersumbatnya saluran dialog dengan pemerintah. Maka mahasiswa mengambil alih peran legeslatif dan gerakan protes di jalan –jalan raya. Mereka meneriakkan aspirasi rakyat yang tertindas yang dikenal dengan TRI TURA. Sejak saat itulah gerakan mahasiswa, pemuda dan pelajar dikenal dengan istilah baru “GERAKAN PARLEMEN JALANAN”

C.    Pasang Surut Hubungan PMII dan HMI

Seperti kita ketahui bahwa kelahiran PMII dianggap tidak lain sebagai tindakan memecah belah persatuan umat islam sekelompok mahasiswa yang haus akan kedudukan serta tuduhan yang cukup menyakitkan adalah bahwa kelahiran PMII itu dianggap sebagai penghianatan terhadap ikrar umat islam yang dikenal dengan “Perjanjian Seni Sono” yang dilaksanakan pada 20-25 desember 1949 di jogjakarta, yang salah satu isinya adalah “Pengakuan Terhadap HMI Sebagai Satu-Satunya Organisai Mahasiswa Islam Di Indonesia”.

Tanpa mengurangi rasa hormat dan bukan bermaksut untuk membenarkan sejarah tapi kenyataanya seperti ini: kita ketahui, bahwa HMI dituduh kontra revolusioner oleh pemerintahan orde lama, dan HMI diberi kesempatan selama 6 Bulan untuk memperbaiki citranya. Pada saat itulah PB HMI datang kepada sahabat mahbub djunaidi (pada waktu itu  sebagai ketum PB PMII). Secara singkat mahbub djunaidi menceritakan:
pada suatu hari datang kepada saya tokoh HMI yaitu Marie Muhammad dan Dahlan Ranuwiharjo, kedatangan kedua tokoh HMI itu bertujuan agar saya dapat mengusahakan satu permohonan langsung kepada presiden soekerno supaya HMI tidak jadi dibubarkan (baca selengkapnya dalam lampiran)

Dalam perjalan sejarah “Pertarungan” PMII dan HMI ketika itu memang terasa semakin mengental, entah apa yang menjadi alasan bagi mereka, yang jelas Kafrowi Ridwan dkk di jogja mendemo mentri agama  Prof. Dr. saifudin zuhri. Padahal saat-saat yang bersamaan, disamping sahabat mahbub djunaidi, para tokoh PBNU sedang sibuk mondar-mandir menghadap bung karno agar HMI tidak dibubarkan. Ketua umum PBNU KH.Idham Kholid dan mentri agama Prof. DR saifudin zuhri justru berusaha meyakinkan Bung karno agar tidak membubarkan HMI. Langkah-langkah yang dilakukan sahabat mahbub djunaidi dan tokoh NU ini di ketahui persis oleh sementara PB HMI. Tapi bagi sebagian yang lain dianggap sebagai angin lalu, dan bahkan dianggap sesuatu yang mustahil dan tidak pernah ada.

Mahbub djunaidi melakukan pembelaan ini semata-mata karena ukhuwah islamiah, dan merasa HMI adalah saudara seperjuangan sesama mahasiswa islam. Ketika itu sahabat mahbub djunaidi merupakan tokoh mahasiswa satu-satunya yang mempunyai akses langsung kepada presiden soekarno.

0 komentar:

Posting Komentar