A. PMII dan
Kebangkitan Orde Baru
Pada tanggal 19-26 desember 1964
dijakarta pernah diadakan musyawarah nasional generasi muda islam yan
gkemudaian lebih dikenal dengan GEMUIS musyawarah yang gagasan awalnya muncul
dari gerakan pemuda ansor, bertujuan untuk memperkuat ukhuwah islamiyah yang
pada saat itu sedan g mengalami cobaan-cobaan akibat fitnah yang dilancarkan
oleh PKI. Hasil pertemuan tingkat nasional generasi muda islam ini memutuskan
membentuk suatu organisasi yang konfederatif. PMII dalam organisai duduk
sebagai sekretaris jendral presidium pusat yang diwakili oleh sahabat said
budairi. Musyawarah ini sebagai reaksi atas aksi-aksi yang dilancarkan oleh
antek-antek PKI.
Adapun kelahiran orde baru dapat
dikatakan sebagai langkah koreksi total terhadap kebijakan orde lama. Kelahiran
orde baru sebenarnya merupakan conditionine quanon, karena nampaknya rezim orde
lama sudah tidak mampu lagi berdiri secara politis apalagi secara ekonomis.
Kelahiran orde baru ini dipercepat dengan adanya gerakan PKI yang berusaha
merebut kekuasaan melalui aksi kudeta yang kemudain dikenal dengan gerakan 30
september (G.30.S/PKI)
Melihat kondisi seperti itu, para
toakoh dan aktivis organisasi ekstra maupun intra kampus berinisiatif membentuk
suatu wadah perjuangan untuk menegagkan kembali keadilan dan meyuarakan
aspirasi rakyat Indonesia. Mereka tampil denga semboyan TRI TURA (Tiga Tuntutat
Rakyat):
- Bubarkan PKI beserta Antek-anteknya
- Retor mentri-mentri yang bodoh
- Turunkan harga
Gerakan itu dipimpin oleh okoh-tokoh
mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).
Organisasi perjuangan ini di dirikan dirumah mentri PTIP (Perguruan Tinggi dan
Ilmu Pengetahuan)
Prof. DR. Syarif Toyib. Di jalan
imam bonjol 26 jakarta pada tanggal 25 oktober 1965. organisasi ini di dasari
diantaranya:
- Mengamankan pancasila
- Memperkuat bantuan kepad aABRI dalam menumpas G.30.S./PKI
Dimulai aksi-aksi mahasiswa makin
lama makin besar, suatu gerakan politik yang hampir tidak diduga-duga
sebelumnya. Gerakan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI dengan cepat merebut
kemenangan-kemenangan politik, bukan saja karna sasarannya yang tepat serta
tidak mempunyai kepentingan apa-apa kecuali Indonesia yang adil dan makmur,
tetapi juga karena mendapat dukungan massa. Garis-garis yang ditentukan PP PMII
cukup jelas, ikut dan pimpin KAMI mulai pusat sampai daerah. Kebijakan ini
sudah di lakukan dengan cepat dan jelas. Dan pada saat itu sahabat Zamroni
(ketua 1 PP PMII) telah memimpin KAMI, baik dari awal hingga ahir bubarnya
KAMI, yang itu berarti juga kepemimpinan PMII. Saksi yang tidak dapat diabaikan
oleh siapapun “jemari tangan kanan sahabat zamroni yang tinggal dua buah” yang
tiga putus karena memimpin demonstrasi KAMI dalam menegakkan orde baru.
B. PMII dan
Kemahasiswaan Dan Kepemudaan
PMII sebagai organisasi mahasiswa
yang juga berdimensi kepemudaan, maka aktivitas yang dilakukan disamping di
dunia kemahasiswaan juga dunia kepemudaan. Aktivis PMII yang perlu dicatat
antara kurun waktu 1965-1968 hal ini penting karena berkaitan dengan lahirnya
angkatan baru dalam dunia kepemudaan Indonesia, yang ahirnya angkatan ini
dikenal dengan istilah “Angkatan 66”. kelahiran
angkatan 66 ini merupakan reaksi terhadap kebijakan presiden soekarno yang
membiarkan PKI dan antek-anteknya tetap hidup di bumi pertiwi ini, kendatipun
PKI melakukan makar dengan melakukan gerakan 30 september. Ketidak mampuan
pemerintah orde lama untuk mengambil tindakan tegas terhadap PKI ini, mungkin
Karena kehawtiran rezim saekarno akan reaksi pemerintah komunis cina yang
merupakan pendukung utama dalam menghadapi politik konfrontasi dengan Malaysia
dan Negara-negara barat lainnya.
PMII sebagai bagian dari mahasiswa
dan generasi muda penerus bangsa merasa terpanggil untuk membela kepentingna
rakyat. Karena melihat lembaga legeslatif tidak mampu menjalankan peran dan
fungsinya serta tersumbatnya saluran dialog dengan pemerintah. Maka mahasiswa
mengambil alih peran legeslatif dan gerakan protes di jalan –jalan raya. Mereka
meneriakkan aspirasi rakyat yang tertindas yang dikenal dengan TRI TURA. Sejak
saat itulah gerakan mahasiswa, pemuda dan pelajar dikenal dengan istilah baru “GERAKAN PARLEMEN JALANAN”
C. Pasang Surut
Hubungan PMII dan HMI
Seperti kita ketahui bahwa kelahiran
PMII dianggap tidak lain sebagai tindakan memecah belah persatuan umat islam
sekelompok mahasiswa yang haus akan kedudukan serta tuduhan yang cukup
menyakitkan adalah bahwa kelahiran PMII itu dianggap sebagai penghianatan
terhadap ikrar umat islam yang dikenal dengan “Perjanjian Seni Sono” yang
dilaksanakan pada 20-25 desember 1949 di jogjakarta, yang salah satu isinya
adalah “Pengakuan Terhadap HMI Sebagai Satu-Satunya Organisai Mahasiswa Islam
Di Indonesia”.
Tanpa mengurangi rasa hormat dan
bukan bermaksut untuk membenarkan sejarah tapi kenyataanya seperti ini: kita ketahui,
bahwa HMI dituduh kontra revolusioner oleh pemerintahan orde lama, dan HMI
diberi kesempatan selama 6 Bulan untuk memperbaiki citranya. Pada saat itulah
PB HMI datang kepada sahabat mahbub djunaidi (pada waktu itu sebagai ketum PB PMII). Secara singkat mahbub
djunaidi menceritakan:
pada suatu hari datang kepada saya tokoh HMI yaitu Marie
Muhammad dan Dahlan Ranuwiharjo, kedatangan kedua tokoh HMI itu bertujuan agar
saya dapat mengusahakan satu permohonan langsung kepada presiden soekerno
supaya HMI tidak jadi dibubarkan (baca
selengkapnya dalam lampiran)
Dalam perjalan sejarah “Pertarungan”
PMII dan HMI ketika itu memang terasa semakin mengental, entah apa yang menjadi
alasan bagi mereka, yang jelas Kafrowi Ridwan dkk di jogja mendemo mentri agama
Prof. Dr. saifudin zuhri. Padahal
saat-saat yang bersamaan, disamping sahabat mahbub djunaidi, para tokoh PBNU
sedang sibuk mondar-mandir menghadap bung karno agar HMI tidak dibubarkan.
Ketua umum PBNU KH.Idham Kholid dan mentri agama Prof. DR saifudin zuhri justru
berusaha meyakinkan Bung karno agar tidak membubarkan HMI. Langkah-langkah yang
dilakukan sahabat mahbub djunaidi dan tokoh NU ini di ketahui persis oleh
sementara PB HMI. Tapi bagi sebagian yang lain dianggap sebagai angin lalu, dan
bahkan dianggap sesuatu yang mustahil dan tidak pernah ada.
Mahbub djunaidi melakukan pembelaan
ini semata-mata karena ukhuwah islamiah, dan merasa HMI adalah saudara
seperjuangan sesama mahasiswa islam. Ketika itu sahabat mahbub djunaidi
merupakan tokoh mahasiswa satu-satunya yang mempunyai akses langsung kepada
presiden soekarno.
0 komentar:
Posting Komentar