BAB I
EMBRIONAL KELAHIRAN PMII (1955-1963)
A. Cikal Bakal
Kelahiran PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman.
Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bermula dengan
adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang
berideologi Ahlusssunnah Wal Jama'ah. Dibawah ini adalah beberapa hal penyebab
berdirinya PMII:
1. Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun
waktu 1950-1959.
2. Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan
yang ada.
3. Pisahnya NU dari Masyumi.
4. Tidak enjoynya lagi mahasiswa NU yang tergabung di HMI
karena tidak terakomodasinya dan terpinggirkannya mahasiswa NU.
5. Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi)
yang notabene HMI adalah underbouw-nya.
6. Berusaha melestariakan islam ahlussunah waljama’ah
Hal-hal tersebut diatas menimbulkan
kegelisahan dan keinginan yang kuat dikalangan intelektual-intelektual muda NU
untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi dan
pengembangan potensi mahasiswa-mahsiswa yang berkultur NU. Disamping itu juga
ada hasrat yang kuat dari kalangan mahsiswa NU untuk mendirikan organisasi
mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama'ah.
Sebelum adanya PMII para mahasiswa
yang notabeni berkultur nahdlatul ulama telah ada kelompok-kelompok organisasi.
Di Jakarta pada bulan Desember 1955, berdirilah Ikatan Mahasiswa Nahdlatul
Ulama (IMANU) yang dipelopori oleh Wa'il Harits Sugianto.Sedangkan di Surakarta
berdiri KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama) yang dipelopori oleh Mustahal
Ahmad. Namun keberadaan kedua organisasi mahasiswa tersebut tidak direstui
bahkan ditentang oleh Pimpinan Pusat IPNU dan PBNU dengan alasan IPNU baru saja
berdiri dua tahun sebelumnya yakni tanggal 24 Februari 1954 di Semarang. IPNU
punya kekhawatiran jika IMANU dan KMNU akan memperlemah eksistensi IPNU.
Gagasan pendirian organisasi
mahasiswa NU muncul kembali pada Muktamar II IPNU di Pekalongan (1-5 Januari
1957). Gagasan ini pun kembali ditentang karena dianggap akan menjadi pesaing
bagi IPNU. Sebagai langkah kompromis atas pertentangan tersebut, maka pada
muktamar III IPNU di Cirebon (27-31 Desember 1958) dibentuk Departemen
Perguruan Tinggi IPNU yang diketuai oleh Isma'il Makki (Yogyakarta). Namun
dalam perjalanannya antara IPNU dan Departemen PT-nya selalu terjadi
ketimpangan dalam pelaksanaan program organisasi. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan cara pandang yang diterapkan oleh mahasiswa dan dengan pelajar yang
menjadi pimpinan pusat IPNU. Disamping itu para mahasiswa pun tidak bebas dalam
melakukan sikap politik karena selalu diawasi oleh PP IPNU.
B. Situasi dan
Kondisi Politik Sekitar Kelahiran PMII
Ada beberapa situasi dan kondisia
yang melatar belakangi proses kelahiran PMII saaat itu, antara lain situasi
politik Negara republic indonesai posisi umat islam di Indonesia dan keadaan
organisasi mahasiswa saat itu. Dengan keadaan oraganisasi mahasiswa saat itu
adalah suatu wadah aktifitas para mahasiswa diluar kampus. Dengan wadah seperti
itu aktifitas mahasiswa banyak memberikan andil besar terhadap pasang surutnya
sejarah bangsa Indonesia, khususnya generasi muda. Andil tersebut digerakan
oleh idialisme yang berorientasi pada situasi yang selalu menghendaki adanya perubahan
kearah perbaikan bangsa, sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan
Indonesia, pancasila dan UUD 1945.
Generasi muda khususnya para
mahasiswa merupakan kelompok terpelajar yang mendapat perhatian kusus dari
npemerintah, lantaran menyangkut masa depan kehidupan bangsa. Situasi dunia
kemahaisswaaan saat itu banyak terkait dengan kondisi politik nasional. Sebab
sejarah kemahasiswaan di Indonesia pun parallel dengan apa yang terjadi pada
dasa warsa 1950 an, banyak berkaitan dengan persoalan-persoalan politik, sebab
mahasiswa saat itu lebih cendrung merupakan alat partai politik. Demikian juga
misalnya ketika pelaksanaan pemilu tahun 1955, organisasi mahasiswa islam yang
pada saat itu diwakili HMI pada saat itu menyerukan kepada masyarakat supaya
memilih partai-partai islam, dan kusus kepada warganya supaya memilih salah
satu partai yang disenangi.
Keterlibatan mahasiswa dalam politik
praktis di imbangi pula dengan aktifitas-aktifitas di bidang kepemudaan baik
dalam sekala nasional mauoun internasional. FPII (Fron Pemuda Islam Indonesia)
yang telah menghantarkan peran serta para pemuda islam Indonesia. Demikian juga
dengan kehadiran GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia) Sementara PPMI
(Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Islam) dan MMI (Majlis Mahsiswa Indonesia)
yaitu wadah federatif organisasi ekstra dan intra universitas telah memberi
warna tersendiri dalam dunia kemahasiswaan.
C. Proses
kelahiran PMII
Oleh karena itu gagasan legalisasi
organisasi mahasiswa NU senantiasa muncul dan mencapai puncaknya pada
konferensi besar (KONBES) IPNU I di Kaliurang pada tanggal 14-17 Maret 1960.
Dari forum ini kemudian kemudian muncul keputusan perlunya mendirikan
organisasi mahasiswa NU secara khusus di perguruan tinggi. Selain merumuskan
pendirian organ mahasiswa, KONBES Kaliurang juga menghasilkan keputusan
penunjukan tim perumus pendirian organisasi yang terdiri dari 13 tokoh
mahasiswa NU. Mereka adalah:
- A. Khalid Mawardi (Jakarta)
- M. Said Budairy (Jakarta)
- M. Sobich Ubaid (Jakarta)
- Makmun Syukri (Bandung)
- Hilman (Bandung)
- Ismail Makki (Yogyakarta)
- Munsif Nakhrowi (Yogyakarta)
- Nuril Huda Suaidi (Surakarta)
- Laily Mansyur (Surakarta)
- Abd. Wahhab Jaelani (Semarang)
- Hizbulloh Huda (Surabaya)
- M. Kholid Narbuko (Malang)
- Ahmad Hussein (Makassar)
Pada tanggal 19 Maret 1960 mereka
berangkat ke Jakarta menghadap ketua umum partai NU yaitu KH. Idham Cholid
untuk meminta nasehat sebagai pegangan pokok dalam musyawarah yang akan
dilkasanakan. Dan pada tanggal 24 maret 1960 mereka diterima oleh ketua partai
NU, dalam pertemuan tersebut selain memberikan nasehat, beliau juga menekankan
hendaknya organisasi yang akan dibentuk itu benar-benar dapat dihandalkan
sebagai kader NU. Dan menjadi mahasiswa yang berperinsip ilmu untuk diamalkan
bagi kepenting rakyat. Setelah beliau menyatakan “Merestui Musywarah Mahasiswa
Nahdiyin Yang akan Dilaksanakan Disurabaya”
Lalu ke 13 tokoh tersebut
melaksanakan musyawarah mahasiswa nahdiyin yang diselenggarakan di gedung
madrasah mualimin NU wonokromo Surabaya pada tanggal 14-16 April 1960. kelahiran
PMII ini diplokamirkan di balai pemuda Surabaya maka pada saat itu atas
kesepakatan bersama bahwa PMII lahir pada tanggal 17 April 1960 bertepatan 21
syawal 1379 H. Maka setiap tanggal tersebut. diperingati “Hari Lahir Pergerakan Mahasisiwa Islam Indonesia” (Harlah PMII).
D. Reaksi Terhadap
Kelahiran PMII
Kendatipun kelahiran PMII murni atas
inisiatif mahasiswa-mahsiswa nahdiyin, ternyata dikemudain masih saja
menimbulkan masalah, setidak-tidaknya bagi organisasi mahasiswa yang sudah ada,
seperti HMI sempat mengalami kegoncanagan internal, sebab para anggota HMI yang
berasal dari mahasiswa nahdiyin akan keluar dari HMI, kemudain bergabung dengan
PMII. Masalahnya dalah HMI menganggap organisasinya itu sudah menampung faham
keagamaan, kemudain muncul PMII, maka tidak heran kalau HMI mengnganggap
kelahiran PMII sebagai sparatis.
Reaksi itu kemudain semakin keras
pada acara resepsi kongres PMII II di yogyakarta Tahun 1963, dalam resepsi
tersebut ditampilkan hiburan grup musik dengan para penyanyi perempuan.
Peristiwa itu telah membuat tidak senang para kiyai dan hadirin yang
berpandangan tradisionalis. Akibatnya PMII mendapat teguran dari PBNU. Akan
tetapi berkat ketulusan dan argumnentasi yang baik dari PMII, ahirnya bisa
meyakinkan semua pihak, terutama para kiyai.
Kurang lebih satu tahun sejak PMII
sampai kongres I di tawamangu jawa tengah PMII masih mempunyai 13 cabang yaitu:
1.
Cabang Yogyakarta
2.
Cabang Surakarta
3.
Cabang Semarang
4.
Cabang Bandung
5.
Cabang Jakarta
6.
Cabang Ciputat
7.
Cabang Malang
8.
Cabang Makasar/Ujung Pandang
9.
Cabang Surabaya
10.
Cabang Banjarmasin
11.
Cabang Padang
12.
Cabang Banda Aceh
13.
Cabang Ceribon
Pada kongres II di jogjakarta
tanggal 25-29 Desember 1963 yang dihadiri 31 cabang PMII, 18 cabang diantaranya
merupakan cabang baru diantaranya:
- Cabang Manado
- Cabang Tulungagng
- Cabang Serang
- Cabang Jambi
- Cabang Ambon
- Cabang Jember
- Cabang Purwokerto
- Cabang Palembang
- Cabang Medan
- Cabang Martapura
- Cabang Sibolga
- Cabang Kudus
- Cabang Bogor
- Cabang Pematang Siantar
- Cabang Curup (Bnegkulu)
- Cabang Tasikmalaya
- Cabang Kediri
- Cabang Amuntai
BAB II
MASA KEBANGKITAN (1964-1968)
A. PMII dan
Kebangkitan Orde Baru
Pada tanggal 19-26 desember 1964
dijakarta pernah diadakan musyawarah nasional generasi muda islam yan
gkemudaian lebih dikenal dengan GEMUIS musyawarah yang gagasan awalnya muncul
dari gerakan pemuda ansor, bertujuan untuk memperkuat ukhuwah islamiyah yang
pada saat itu sedan g mengalami cobaan-cobaan akibat fitnah yang dilancarkan
oleh PKI. Hasil pertemuan tingkat nasional generasi muda islam ini memutuskan
membentuk suatu organisasi yang konfederatif. PMII dalam organisai duduk
sebagai sekretaris jendral presidium pusat yang diwakili oleh sahabat said
budairi. Musyawarah ini sebagai reaksi atas aksi-aksi yang dilancarkan oleh
antek-antek PKI.
Adapun kelahiran orde baru dapat
dikatakan sebagai langkah koreksi total terhadap kebijakan orde lama. Kelahiran
orde baru sebenarnya merupakan conditionine quanon, karena nampaknya rezim orde
lama sudah tidak mampu lagi berdiri secara politis apalagi secara ekonomis.
Kelahiran orde baru ini dipercepat dengan adanya gerakan PKI yang berusaha
merebut kekuasaan melalui aksi kudeta yang kemudain dikenal dengan gerakan 30
september (G.30.S/PKI)
Melihat kondisi seperti itu, para
toakoh dan aktivis organisasi ekstra maupun intra kampus berinisiatif membentuk
suatu wadah perjuangan untuk menegagkan kembali keadilan dan meyuarakan
aspirasi rakyat Indonesia. Mereka tampil denga semboyan TRI TURA (Tiga Tuntutat
Rakyat):
- Bubarkan PKI beserta Antek-anteknya
- Retor mentri-mentri yang bodoh
- Turunkan harga
Gerakan itu dipimpin oleh okoh-tokoh
mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).
Organisasi perjuangan ini di dirikan dirumah mentri PTIP (Perguruan Tinggi dan
Ilmu Pengetahuan)
Prof. DR. Syarif Toyib. Di jalan
imam bonjol 26 jakarta pada tanggal 25 oktober 1965. organisasi ini di dasari
diantaranya:
- Mengamankan pancasila
- Memperkuat bantuan kepad aABRI dalam menumpas G.30.S./PKI
Dimulai aksi-aksi mahasiswa makin
lama makin besar, suatu gerakan politik yang hampir tidak diduga-duga
sebelumnya. Gerakan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI dengan cepat merebut
kemenangan-kemenangan politik, bukan saja karna sasarannya yang tepat serta
tidak mempunyai kepentingan apa-apa kecuali Indonesia yang adil dan makmur,
tetapi juga karena mendapat dukungan massa. Garis-garis yang ditentukan PP PMII
cukup jelas, ikut dan pimpin KAMI mulai pusat sampai daerah. Kebijakan ini
sudah di lakukan dengan cepat dan jelas. Dan pada saat itu sahabat Zamroni
(ketua 1 PP PMII) telah memimpin KAMI, baik dari awal hingga ahir bubarnya
KAMI, yang itu berarti juga kepemimpinan PMII. Saksi yang tidak dapat diabaikan
oleh siapapun “jemari tangan kanan sahabat zamroni yang tinggal dua buah” yang
tiga putus karena memimpin demonstrasi KAMI dalam menegakkan orde baru.
B. PMII dan
Kemahasiswaan Dan Kepemudaan
PMII sebagai organisasi mahasiswa
yang juga berdimensi kepemudaan, maka aktivitas yang dilakukan disamping di
dunia kemahasiswaan juga dunia kepemudaan. Aktivis PMII yang perlu dicatat
antara kurun waktu 1965-1968 hal ini penting karena berkaitan dengan lahirnya
angkatan baru dalam dunia kepemudaan Indonesia, yang ahirnya angkatan ini
dikenal dengan istilah “Angkatan 66”. kelahiran
angkatan 66 ini merupakan reaksi terhadap kebijakan presiden soekarno yang
membiarkan PKI dan antek-anteknya tetap hidup di bumi pertiwi ini, kendatipun
PKI melakukan makar dengan melakukan gerakan 30 september. Ketidak mampuan
pemerintah orde lama untuk mengambil tindakan tegas terhadap PKI ini, mungkin
Karena kehawtiran rezim saekarno akan reaksi pemerintah komunis cina yang
merupakan pendukung utama dalam menghadapi politik konfrontasi dengan Malaysia
dan Negara-negara barat lainnya.
PMII sebagai bagian dari mahasiswa
dan generasi muda penerus bangsa merasa terpanggil untuk membela kepentingna
rakyat. Karena melihat lembaga legeslatif tidak mampu menjalankan peran dan
fungsinya serta tersumbatnya saluran dialog dengan pemerintah. Maka mahasiswa
mengambil alih peran legeslatif dan gerakan protes di jalan –jalan raya. Mereka
meneriakkan aspirasi rakyat yang tertindas yang dikenal dengan TRI TURA. Sejak
saat itulah gerakan mahasiswa, pemuda dan pelajar dikenal dengan istilah baru “GERAKAN PARLEMEN JALANAN”
C. Pasang Surut
Hubungan PMII dan HMI
Seperti kita ketahui bahwa kelahiran
PMII dianggap tidak lain sebagai tindakan memecah belah persatuan umat islam
sekelompok mahasiswa yang haus akan kedudukan serta tuduhan yang cukup
menyakitkan adalah bahwa kelahiran PMII itu dianggap sebagai penghianatan
terhadap ikrar umat islam yang dikenal dengan “Perjanjian Seni Sono” yang
dilaksanakan pada 20-25 desember 1949 di jogjakarta, yang salah satu isinya
adalah “Pengakuan Terhadap HMI Sebagai Satu-Satunya Organisai Mahasiswa Islam
Di Indonesia”.
Tanpa mengurangi rasa hormat dan
bukan bermaksut untuk membenarkan sejarah tapi kenyataanya seperti ini: kita ketahui,
bahwa HMI dituduh kontra revolusioner oleh pemerintahan orde lama, dan HMI
diberi kesempatan selama 6 Bulan untuk memperbaiki citranya. Pada saat itulah
PB HMI datang kepada sahabat mahbub djunaidi (pada waktu itu sebagai ketum PB PMII). Secara singkat mahbub
djunaidi menceritakan:
pada suatu hari datang kepada saya tokoh HMI yaitu Marie
Muhammad dan Dahlan Ranuwiharjo, kedatangan kedua tokoh HMI itu bertujuan agar
saya dapat mengusahakan satu permohonan langsung kepada presiden soekerno
supaya HMI tidak jadi dibubarkan (baca
selengkapnya dalam lampiran)
Dalam perjalan sejarah “Pertarungan”
PMII dan HMI ketika itu memang terasa semakin mengental, entah apa yang menjadi
alasan bagi mereka, yang jelas Kafrowi Ridwan dkk di jogja mendemo mentri agama
Prof. Dr. saifudin zuhri. Padahal
saat-saat yang bersamaan, disamping sahabat mahbub djunaidi, para tokoh PBNU
sedang sibuk mondar-mandir menghadap bung karno agar HMI tidak dibubarkan.
Ketua umum PBNU KH.Idham Kholid dan mentri agama Prof. DR saifudin zuhri justru
berusaha meyakinkan Bung karno agar tidak membubarkan HMI. Langkah-langkah yang
dilakukan sahabat mahbub djunaidi dan tokoh NU ini di ketahui persis oleh
sementara PB HMI. Tapi bagi sebagian yang lain dianggap sebagai angin lalu, dan
bahkan dianggap sesuatu yang mustahil dan tidak pernah ada.
Mahbub djunaidi melakukan pembelaan
ini semata-mata karena ukhuwah islamiah, dan merasa HMI adalah saudara
seperjuangan sesama mahasiswa islam. Ketika itu sahabat mahbub djunaidi
merupakan tokoh mahasiswa satu-satunya yang mempunyai akses langsung kepada
presiden soekarno.
BAB III
MASA PERJUANGAN HIDUP PERGERAKAN (1970-1972)
A. MUBES II dan
Deklarasi Murnajati
Salah satu momentum sejarah
perjalanan PMII yang membawa pada perubahan secara mendasar pada perjalanan
PMII pada waktu itu diselengarakanya MUBES II pada tanggal 14-16 juli 1972.
selanjutnya adalah dicetusnya “Independensi
PMII” pada tanggal 14 April 1972 di murnajati lawang malang jawa timur.
Yang kemudian kita kenal dengan DEKLARASI
MURNAJATI.
Beberapa factor yang mendorong PMII
untuk independensi:
- Independensi PMII merupakan proses rekayasa social PMII dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
- Mahasiswa sebagi insane akademis harus menentukan sikap, ukurannya adalah obyektif dalam mengemukakan ilmu, cinta kebenaran dan keadilan.
- PMII merasa canggung dalam mengahdapi masalah-masalah nasional karena harus melihat dan memperhatikan kepentingan induknya
- Untuk mengembankan idiolaginya, PMII mencoba memperjuangkan sendiri, sebabb dengan perubahan AD/ART yang tidak lagi dibatasi secara formal oleh madzhab yang empat. Dengan demikian diharapkan PMII dapat berkembang diperguruan tinggi umum, terlebih diperguruan tinggi agama
- sedangkan secara politis, sikap independensi itu konon ada bargaining antara tokoh PMII dengan pemerintah, dan ini terbukti sejumlah tokoh PMII tersebut, seperti sahabat Zamroni, Abduh Padare, Hatta Mustofa, Said Budairy, tercatat sebagai orang yang melahirkan deklarasi pemuda yang kemudian menjadi (KNPI) Komite Nasional Pemuda Indonesia.
Sejak dikumandangkan deklarasi
murnajati itulah PMII menjadi organisasi bebas menentukan kehendak dan
idealismenya, tanpa harus berkonsultasi dengan organisasi lain, termasuk dengan
NU. Akan tetapi keterpisahan secara struktur tidak membatasi ikatan emosional
antara kedua organisasi ini. Antara keduanya masih mempunyai benang merah
pemahaman Ahlussunah Waljama’ah.
B. PMII dan
Kelompok Cipayung
Dalam sejarah perjuangan bangsa,
peran mahasiswa cukup signifikan, bahkan sejarah membuktikan cikal bakal
kebangkitan nasional dimulai dengan tumbuhnya kesadaran mahasiswa untuk turut
memikirkan nasib bangsanya. Pada yahun 1908 sekelompok mahasiswa yang menuntut
ilmu pada sekolah kedokteran bergerak membentuk wadah pergerakan yang kemudian
dikenal dengan nama “Budi Utomo”. wadah inilah yang merupakan cikal bakal dari
kesadaran mahsiswa dan pemuda untuk memikirkan nasib bangsa.
Anak-anak muda islam yang berhimpun
dalam HMI, namun aspirasinya tidak tersalurkan melalui wadah ini sehingga
mereka bergerak untuk membentuk wadah-wadah perjungan yang berlabel mahasiswa.
Antra lain adalah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berdiri pada
tahun 1954, menyatakan diri sebagai underbow Partai Nasioanl Indonesai (PNI),
tetapi pada tahun 1971 GMNI menyatakan diri untuk independent. Kemudian di
kelompok PKI juga melahirkan Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI).
Dikalangan kelompok Kristen juga lahir organisasi mahasiswa Gerakan Mahasiswa
Kristen Indonesia (GMKI), Begitu Juga kelompok katolik ada Perhimpunan
Mahasiswa Katolik Republic Indonesia (PMKRI). kemudian Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII) lahir pada 17 april 1960, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM) pada tahun 1964. dan masih banyak yang lainnya.
Pada 25 oktober 1965 di Jakarta
mereka membentuk KAMI (Kesataun Aksi Mahasiswa Indonesai). KAMI bangkit dan
menentang kedoliman rezim orde lama dengan TRI-TURA (Tiga Tuntut Rakyat). KAMI
turun ke jalan-jalan berdemonstrasi, Karen ajalan konsultasi sudah tidak
mungkin dilalui. Berkat KAMI inilah orde baru dapat didorong untuk mempercepat
kelahirannya. Tetapi stelah orde baru lahir dengan mapan, justru KAMI
kehilangan vitalitasnya untuk hidup eksis.
Hidup dalam suasana kebersamaan
antar organisasi mahasiswa ahirnya lahir juga setelah melalui proses panjang.
Pada tanggal 20-22 januari 1972 dalam pegunungan yang sejuk kelompok mahasiswa
yang tergabung dalam wadah GMNI, GMKI, HMI, dan PMKRI, menyatukan diri dalam
wadah kebersamaan menuju cita-cita: indonesai yang lebih kita cita-citakan.
Wadah ini ahirnya dikenal dengan nama “KELOMPOK CIPAYUNG”. Dan pencetus
kelompok cipayung Akbar Tanjung (Ketum PB HMI), Kris Siner Key Timu (Ketua
Predisium PP PMKRI) dan Binsar Sianipar (Ketum PP GMKI). Pada awal kelahiran
kelompok ini berhasil mencetuskan pokok-pokok pikiran tentang INDONESIA YAN
GKITA CITA-CITAKAN. Kesepakatan ini di dahului dengan suatu pernyataan “kami generasi muda penerus dan pewaris
bangsa di masa depan, belajar dari sejarah masa lampau bahwasanya dis-orientasi
yang terjadi dalam perjalanan bangsa, selalu akan menghambat kemajuan bangsa,
oleh karenannya, kesatuan perjuangan generasi muda untuk membangun negeri ini
merupakan tuntutan bangsa secara mutlak”.
Bahwa kelompok cipayung ini,
dibentuk oleh empat organisasi ekstra kampus: HMI, GMKI, GMNI dan PMKRI. Salah
satu kesepakatan yang tidak tertulis adalah anggota kelompok cipayung ini bukan
organisasi mahasiswa underbow partai/golongan.
Dan pada waktu itu PMII masih
merupakan underbow partai NU. Namun setelah PMII independen maka pada tahun
1974 PMII masuk dalam kelompok cipayung yang pada waktu itu abduh paddare
sabagai ketum PB PMII. Dan dua tahun kemudain PB PMII dipercaya menyelenggarakn
pertemuan kelompok cipayung ke 3 pada januari 1976. keterlibatan PMII dalam
kelompok cipayung tidak lepas dari upaya terwujudnya citra PMII, yang meliputi:
Citra
Kemahasiswaan, Citra Ke Islaman, Citra Ke
Indonesiaan.
DAFTAR
PUSTAKA
--Fauzan
Alfas, PMII dalam Simpul-simpul Sejarah Perjuangan, Tahun 2006.
--Buku panduan MAPABA PMII Komisariat Jurai Siwo Metro Tahun
2003
--Pedoman acara Rapat Tahunan Komisariat IAIN Metro Tahun
1987
--Buku panduan MAPABA PMII Komisariat IAIN Raden Intan Metro
Tahun 1991
BAB I
EMBRIONAL KELAHIRAN PMII (1955-1963)
A. Cikal Bakal
Kelahiran PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman.
Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bermula dengan
adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang
berideologi Ahlusssunnah Wal Jama'ah. Dibawah ini adalah beberapa hal penyebab
berdirinya PMII:
1. Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun
waktu 1950-1959.
2. Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan
yang ada.
3. Pisahnya NU dari Masyumi.
4. Tidak enjoynya lagi mahasiswa NU yang tergabung di HMI
karena tidak terakomodasinya dan terpinggirkannya mahasiswa NU.
5. Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi)
yang notabene HMI adalah underbouw-nya.
6. Berusaha melestariakan islam ahlussunah waljama’ah
Hal-hal tersebut diatas menimbulkan
kegelisahan dan keinginan yang kuat dikalangan intelektual-intelektual muda NU
untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi dan
pengembangan potensi mahasiswa-mahsiswa yang berkultur NU. Disamping itu juga
ada hasrat yang kuat dari kalangan mahsiswa NU untuk mendirikan organisasi
mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama'ah.
Sebelum adanya PMII para mahasiswa
yang notabeni berkultur nahdlatul ulama telah ada kelompok-kelompok organisasi.
Di Jakarta pada bulan Desember 1955, berdirilah Ikatan Mahasiswa Nahdlatul
Ulama (IMANU) yang dipelopori oleh Wa'il Harits Sugianto.Sedangkan di Surakarta
berdiri KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama) yang dipelopori oleh Mustahal
Ahmad. Namun keberadaan kedua organisasi mahasiswa tersebut tidak direstui
bahkan ditentang oleh Pimpinan Pusat IPNU dan PBNU dengan alasan IPNU baru saja
berdiri dua tahun sebelumnya yakni tanggal 24 Februari 1954 di Semarang. IPNU
punya kekhawatiran jika IMANU dan KMNU akan memperlemah eksistensi IPNU.
Gagasan pendirian organisasi
mahasiswa NU muncul kembali pada Muktamar II IPNU di Pekalongan (1-5 Januari
1957). Gagasan ini pun kembali ditentang karena dianggap akan menjadi pesaing
bagi IPNU. Sebagai langkah kompromis atas pertentangan tersebut, maka pada
muktamar III IPNU di Cirebon (27-31 Desember 1958) dibentuk Departemen
Perguruan Tinggi IPNU yang diketuai oleh Isma'il Makki (Yogyakarta). Namun
dalam perjalanannya antara IPNU dan Departemen PT-nya selalu terjadi
ketimpangan dalam pelaksanaan program organisasi. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan cara pandang yang diterapkan oleh mahasiswa dan dengan pelajar yang
menjadi pimpinan pusat IPNU. Disamping itu para mahasiswa pun tidak bebas dalam
melakukan sikap politik karena selalu diawasi oleh PP IPNU.
B. Situasi dan
Kondisi Politik Sekitar Kelahiran PMII
Ada beberapa situasi dan kondisia
yang melatar belakangi proses kelahiran PMII saaat itu, antara lain situasi
politik Negara republic indonesai posisi umat islam di Indonesia dan keadaan
organisasi mahasiswa saat itu. Dengan keadaan oraganisasi mahasiswa saat itu adalah
suatu wadah aktifitas para mahasiswa diluar kampus. Dengan wadah seperti itu
aktifitas mahasiswa banyak memberikan andil besar terhadap pasang surutnya
sejarah bangsa Indonesia, khususnya generasi muda. Andil tersebut digerakan
oleh idialisme yang berorientasi pada situasi yang selalu menghendaki adanya
perubahan kearah perbaikan bangsa, sesuai dengan cita-cita proklamasi
kemerdekaan Indonesia, pancasila dan UUD 1945.
Generasi muda khususnya para
mahasiswa merupakan kelompok terpelajar yang mendapat perhatian kusus dari
npemerintah, lantaran menyangkut masa depan kehidupan bangsa. Situasi dunia
kemahaisswaaan saat itu banyak terkait dengan kondisi politik nasional. Sebab
sejarah kemahasiswaan di Indonesia pun parallel dengan apa yang terjadi pada
dasa warsa 1950 an, banyak berkaitan dengan persoalan-persoalan politik, sebab
mahasiswa saat itu lebih cendrung merupakan alat partai politik. Demikian juga
misalnya ketika pelaksanaan pemilu tahun 1955, organisasi mahasiswa islam yang
pada saat itu diwakili HMI pada saat itu menyerukan kepada masyarakat supaya
memilih partai-partai islam, dan kusus kepada warganya supaya memilih salah
satu partai yang disenangi.
Keterlibatan mahasiswa dalam politik
praktis di imbangi pula dengan aktifitas-aktifitas di bidang kepemudaan baik
dalam sekala nasional mauoun internasional. FPII (Fron Pemuda Islam Indonesia)
yang telah menghantarkan peran serta para pemuda islam Indonesia. Demikian juga
dengan kehadiran GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia) Sementara PPMI
(Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Islam) dan MMI (Majlis Mahsiswa Indonesia)
yaitu wadah federatif organisasi ekstra dan intra universitas telah memberi
warna tersendiri dalam dunia kemahasiswaan.
C. Proses
kelahiran PMII
Oleh karena itu gagasan legalisasi
organisasi mahasiswa NU senantiasa muncul dan mencapai puncaknya pada
konferensi besar (KONBES) IPNU I di Kaliurang pada tanggal 14-17 Maret 1960.
Dari forum ini kemudian kemudian muncul keputusan perlunya mendirikan
organisasi mahasiswa NU secara khusus di perguruan tinggi. Selain merumuskan
pendirian organ mahasiswa, KONBES Kaliurang juga menghasilkan keputusan
penunjukan tim perumus pendirian organisasi yang terdiri dari 13 tokoh
mahasiswa NU. Mereka adalah:
- A. Khalid Mawardi (Jakarta)
- M. Said Budairy (Jakarta)
- M. Sobich Ubaid (Jakarta)
- Makmun Syukri (Bandung)
- Hilman (Bandung)
- Ismail Makki (Yogyakarta)
- Munsif Nakhrowi (Yogyakarta)
- Nuril Huda Suaidi (Surakarta)
- Laily Mansyur (Surakarta)
- Abd. Wahhab Jaelani (Semarang)
- Hizbulloh Huda (Surabaya)
- M. Kholid Narbuko (Malang)
- Ahmad Hussein (Makassar)
Pada tanggal 19 Maret 1960 mereka
berangkat ke Jakarta menghadap ketua umum partai NU yaitu KH. Idham Cholid
untuk meminta nasehat sebagai pegangan pokok dalam musyawarah yang akan
dilkasanakan. Dan pada tanggal 24 maret 1960 mereka diterima oleh ketua partai
NU, dalam pertemuan tersebut selain memberikan nasehat, beliau juga menekankan
hendaknya organisasi yang akan dibentuk itu benar-benar dapat dihandalkan
sebagai kader NU. Dan menjadi mahasiswa yang berperinsip ilmu untuk diamalkan
bagi kepenting rakyat. Setelah beliau menyatakan “Merestui Musywarah Mahasiswa
Nahdiyin Yang akan Dilaksanakan Disurabaya”
Lalu ke 13 tokoh tersebut
melaksanakan musyawarah mahasiswa nahdiyin yang diselenggarakan di gedung
madrasah mualimin NU wonokromo Surabaya pada tanggal 14-16 April 1960.
kelahiran PMII ini diplokamirkan di balai pemuda Surabaya maka pada saat itu
atas kesepakatan bersama bahwa PMII lahir pada tanggal 17 April 1960 bertepatan
21 syawal 1379 H. Maka setiap tanggal tersebut. diperingati “Hari Lahir Pergerakan Mahasisiwa Islam
Indonesia” (Harlah PMII).
D. Reaksi Terhadap
Kelahiran PMII
Kendatipun kelahiran PMII murni atas
inisiatif mahasiswa-mahsiswa nahdiyin, ternyata dikemudain masih saja
menimbulkan masalah, setidak-tidaknya bagi organisasi mahasiswa yang sudah ada,
seperti HMI sempat mengalami kegoncanagan internal, sebab para anggota HMI yang
berasal dari mahasiswa nahdiyin akan keluar dari HMI, kemudain bergabung dengan
PMII. Masalahnya dalah HMI menganggap organisasinya itu sudah menampung faham
keagamaan, kemudain muncul PMII, maka tidak heran kalau HMI mengnganggap
kelahiran PMII sebagai sparatis.
Reaksi itu kemudain semakin keras
pada acara resepsi kongres PMII II di yogyakarta Tahun 1963, dalam resepsi
tersebut ditampilkan hiburan grup musik dengan para penyanyi perempuan.
Peristiwa itu telah membuat tidak senang para kiyai dan hadirin yang
berpandangan tradisionalis. Akibatnya PMII mendapat teguran dari PBNU. Akan
tetapi berkat ketulusan dan argumnentasi yang baik dari PMII, ahirnya bisa
meyakinkan semua pihak, terutama para kiyai.
Kurang lebih satu tahun sejak PMII
sampai kongres I di tawamangu jawa tengah PMII masih mempunyai 13 cabang yaitu:
1.
Cabang Yogyakarta
2.
Cabang Surakarta
3.
Cabang Semarang
4.
Cabang Bandung
5.
Cabang Jakarta
6.
Cabang Ciputat
7.
Cabang Malang
8.
Cabang Makasar/Ujung Pandang
9.
Cabang Surabaya
10.
Cabang Banjarmasin
11.
Cabang Padang
12.
Cabang Banda Aceh
13.
Cabang Ceribon
Pada kongres II di jogjakarta
tanggal 25-29 Desember 1963 yang dihadiri 31 cabang PMII, 18 cabang diantaranya
merupakan cabang baru diantaranya:
- Cabang Manado
- Cabang Tulungagng
- Cabang Serang
- Cabang Jambi
- Cabang Ambon
- Cabang Jember
- Cabang Purwokerto
- Cabang Palembang
- Cabang Medan
- Cabang Martapura
- Cabang Sibolga
- Cabang Kudus
- Cabang Bogor
- Cabang Pematang Siantar
- Cabang Curup (Bnegkulu)
- Cabang Tasikmalaya
- Cabang Kediri
- Cabang Amuntai
BAB II
MASA KEBANGKITAN (1964-1968)
A. PMII dan
Kebangkitan Orde Baru
Pada tanggal 19-26 desember 1964
dijakarta pernah diadakan musyawarah nasional generasi muda islam yan
gkemudaian lebih dikenal dengan GEMUIS musyawarah yang gagasan awalnya muncul
dari gerakan pemuda ansor, bertujuan untuk memperkuat ukhuwah islamiyah yang
pada saat itu sedan g mengalami cobaan-cobaan akibat fitnah yang dilancarkan
oleh PKI. Hasil pertemuan tingkat nasional generasi muda islam ini memutuskan
membentuk suatu organisasi yang konfederatif. PMII dalam organisai duduk
sebagai sekretaris jendral presidium pusat yang diwakili oleh sahabat said
budairi. Musyawarah ini sebagai reaksi atas aksi-aksi yang dilancarkan oleh
antek-antek PKI.
Adapun kelahiran orde baru dapat
dikatakan sebagai langkah koreksi total terhadap kebijakan orde lama. Kelahiran
orde baru sebenarnya merupakan conditionine quanon, karena nampaknya rezim orde
lama sudah tidak mampu lagi berdiri secara politis apalagi secara ekonomis.
Kelahiran orde baru ini dipercepat dengan adanya gerakan PKI yang berusaha
merebut kekuasaan melalui aksi kudeta yang kemudain dikenal dengan gerakan 30
september (G.30.S/PKI)
Melihat kondisi seperti itu, para
toakoh dan aktivis organisasi ekstra maupun intra kampus berinisiatif membentuk
suatu wadah perjuangan untuk menegagkan kembali keadilan dan meyuarakan
aspirasi rakyat Indonesia. Mereka tampil denga semboyan TRI TURA (Tiga Tuntutat
Rakyat):
- Bubarkan PKI beserta Antek-anteknya
- Retor mentri-mentri yang bodoh
- Turunkan harga
Gerakan itu dipimpin oleh okoh-tokoh
mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).
Organisasi perjuangan ini di dirikan dirumah mentri PTIP (Perguruan Tinggi dan
Ilmu Pengetahuan)
Prof. DR. Syarif Toyib. Di jalan
imam bonjol 26 jakarta pada tanggal 25 oktober 1965. organisasi ini di dasari
diantaranya:
- Mengamankan pancasila
- Memperkuat bantuan kepad aABRI dalam menumpas G.30.S./PKI
Dimulai aksi-aksi mahasiswa makin
lama makin besar, suatu gerakan politik yang hampir tidak diduga-duga sebelumnya.
Gerakan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI dengan cepat merebut
kemenangan-kemenangan politik, bukan saja karna sasarannya yang tepat serta
tidak mempunyai kepentingan apa-apa kecuali Indonesia yang adil dan makmur,
tetapi juga karena mendapat dukungan massa. Garis-garis yang ditentukan PP PMII
cukup jelas, ikut dan pimpin KAMI mulai pusat sampai daerah. Kebijakan ini
sudah di lakukan dengan cepat dan jelas. Dan pada saat itu sahabat Zamroni
(ketua 1 PP PMII) telah memimpin KAMI, baik dari awal hingga ahir bubarnya
KAMI, yang itu berarti juga kepemimpinan PMII. Saksi yang tidak dapat diabaikan
oleh siapapun “jemari tangan kanan sahabat zamroni yang tinggal dua buah” yang
tiga putus karena memimpin demonstrasi KAMI dalam menegakkan orde baru.
B. PMII dan
Kemahasiswaan Dan Kepemudaan
PMII sebagai organisasi mahasiswa
yang juga berdimensi kepemudaan, maka aktivitas yang dilakukan disamping di
dunia kemahasiswaan juga dunia kepemudaan. Aktivis PMII yang perlu dicatat
antara kurun waktu 1965-1968 hal ini penting karena berkaitan dengan lahirnya
angkatan baru dalam dunia kepemudaan Indonesia, yang ahirnya angkatan ini
dikenal dengan istilah “Angkatan 66”. kelahiran
angkatan 66 ini merupakan reaksi terhadap kebijakan presiden soekarno yang
membiarkan PKI dan antek-anteknya tetap hidup di bumi pertiwi ini, kendatipun
PKI melakukan makar dengan melakukan gerakan 30 september. Ketidak mampuan
pemerintah orde lama untuk mengambil tindakan tegas terhadap PKI ini, mungkin
Karena kehawtiran rezim saekarno akan reaksi pemerintah komunis cina yang
merupakan pendukung utama dalam menghadapi politik konfrontasi dengan Malaysia
dan Negara-negara barat lainnya.
PMII sebagai bagian dari mahasiswa
dan generasi muda penerus bangsa merasa terpanggil untuk membela kepentingna
rakyat. Karena melihat lembaga legeslatif tidak mampu menjalankan peran dan
fungsinya serta tersumbatnya saluran dialog dengan pemerintah. Maka mahasiswa
mengambil alih peran legeslatif dan gerakan protes di jalan –jalan raya. Mereka
meneriakkan aspirasi rakyat yang tertindas yang dikenal dengan TRI TURA. Sejak
saat itulah gerakan mahasiswa, pemuda dan pelajar dikenal dengan istilah baru “GERAKAN PARLEMEN JALANAN”
C. Pasang Surut
Hubungan PMII dan HMI
Seperti kita ketahui bahwa kelahiran
PMII dianggap tidak lain sebagai tindakan memecah belah persatuan umat islam
sekelompok mahasiswa yang haus akan kedudukan serta tuduhan yang cukup
menyakitkan adalah bahwa kelahiran PMII itu dianggap sebagai penghianatan
terhadap ikrar umat islam yang dikenal dengan “Perjanjian Seni Sono” yang
dilaksanakan pada 20-25 desember 1949 di jogjakarta, yang salah satu isinya
adalah “Pengakuan Terhadap HMI Sebagai Satu-Satunya Organisai Mahasiswa Islam
Di Indonesia”.
Tanpa mengurangi rasa hormat dan
bukan bermaksut untuk membenarkan sejarah tapi kenyataanya seperti ini: kita
ketahui, bahwa HMI dituduh kontra revolusioner oleh pemerintahan orde lama, dan
HMI diberi kesempatan selama 6 Bulan untuk memperbaiki citranya. Pada saat
itulah PB HMI datang kepada sahabat mahbub djunaidi (pada waktu itu sebagai ketum PB PMII). Secara singkat mahbub
djunaidi menceritakan:
pada suatu hari datang kepada saya tokoh HMI yaitu Marie
Muhammad dan Dahlan Ranuwiharjo, kedatangan kedua tokoh HMI itu bertujuan agar
saya dapat mengusahakan satu permohonan langsung kepada presiden soekerno
supaya HMI tidak jadi dibubarkan (baca
selengkapnya dalam lampiran)
Dalam perjalan sejarah “Pertarungan”
PMII dan HMI ketika itu memang terasa semakin mengental, entah apa yang menjadi
alasan bagi mereka, yang jelas Kafrowi Ridwan dkk di jogja mendemo mentri
agama Prof. Dr. saifudin zuhri. Padahal
saat-saat yang bersamaan, disamping sahabat mahbub djunaidi, para tokoh PBNU
sedang sibuk mondar-mandir menghadap bung karno agar HMI tidak dibubarkan.
Ketua umum PBNU KH.Idham Kholid dan mentri agama Prof. DR saifudin zuhri justru
berusaha meyakinkan Bung karno agar tidak membubarkan HMI. Langkah-langkah yang
dilakukan sahabat mahbub djunaidi dan tokoh NU ini di ketahui persis oleh
sementara PB HMI. Tapi bagi sebagian yang lain dianggap sebagai angin lalu, dan
bahkan dianggap sesuatu yang mustahil dan tidak pernah ada.
Mahbub djunaidi melakukan pembelaan
ini semata-mata karena ukhuwah islamiah, dan merasa HMI adalah saudara
seperjuangan sesama mahasiswa islam. Ketika itu sahabat mahbub djunaidi
merupakan tokoh mahasiswa satu-satunya yang mempunyai akses langsung kepada
presiden soekarno.
BAB III
MASA PERJUANGAN HIDUP PERGERAKAN (1970-1972)
A. MUBES II dan
Deklarasi Murnajati
Salah satu momentum sejarah perjalanan
PMII yang membawa pada perubahan secara mendasar pada perjalanan PMII pada
waktu itu diselengarakanya MUBES II pada tanggal 14-16 juli 1972. selanjutnya
adalah dicetusnya “Independensi PMII”
pada tanggal 14 April 1972 di murnajati lawang malang jawa timur. Yang kemudian
kita kenal dengan DEKLARASI MURNAJATI.
Beberapa factor yang mendorong PMII
untuk independensi:
- Independensi PMII merupakan proses rekayasa social PMII dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
- Mahasiswa sebagi insane akademis harus menentukan sikap, ukurannya adalah obyektif dalam mengemukakan ilmu, cinta kebenaran dan keadilan.
- PMII merasa canggung dalam mengahdapi masalah-masalah nasional karena harus melihat dan memperhatikan kepentingan induknya
- Untuk mengembankan idiolaginya, PMII mencoba memperjuangkan sendiri, sebabb dengan perubahan AD/ART yang tidak lagi dibatasi secara formal oleh madzhab yang empat. Dengan demikian diharapkan PMII dapat berkembang diperguruan tinggi umum, terlebih diperguruan tinggi agama
- sedangkan secara politis, sikap independensi itu konon ada bargaining antara tokoh PMII dengan pemerintah, dan ini terbukti sejumlah tokoh PMII tersebut, seperti sahabat Zamroni, Abduh Padare, Hatta Mustofa, Said Budairy, tercatat sebagai orang yang melahirkan deklarasi pemuda yang kemudian menjadi (KNPI) Komite Nasional Pemuda Indonesia.
Sejak dikumandangkan deklarasi
murnajati itulah PMII menjadi organisasi bebas menentukan kehendak dan
idealismenya, tanpa harus berkonsultasi dengan organisasi lain, termasuk dengan
NU. Akan tetapi keterpisahan secara struktur tidak membatasi ikatan emosional
antara kedua organisasi ini. Antara keduanya masih mempunyai benang merah
pemahaman Ahlussunah Waljama’ah.
B. PMII dan
Kelompok Cipayung
Dalam sejarah perjuangan bangsa,
peran mahasiswa cukup signifikan, bahkan sejarah membuktikan cikal bakal
kebangkitan nasional dimulai dengan tumbuhnya kesadaran mahasiswa untuk turut
memikirkan nasib bangsanya. Pada yahun 1908 sekelompok mahasiswa yang menuntut
ilmu pada sekolah kedokteran bergerak membentuk wadah pergerakan yang kemudian
dikenal dengan nama “Budi Utomo”. wadah inilah yang merupakan cikal bakal dari
kesadaran mahsiswa dan pemuda untuk memikirkan nasib bangsa.
Anak-anak muda islam yang berhimpun
dalam HMI, namun aspirasinya tidak tersalurkan melalui wadah ini sehingga
mereka bergerak untuk membentuk wadah-wadah perjungan yang berlabel mahasiswa.
Antra lain adalah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berdiri pada
tahun 1954, menyatakan diri sebagai underbow Partai Nasioanl Indonesai (PNI),
tetapi pada tahun 1971 GMNI menyatakan diri untuk independent. Kemudian di
kelompok PKI juga melahirkan Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI).
Dikalangan kelompok Kristen juga lahir organisasi mahasiswa Gerakan Mahasiswa
Kristen Indonesia (GMKI), Begitu Juga kelompok katolik ada Perhimpunan
Mahasiswa Katolik Republic Indonesia (PMKRI). kemudian Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII) lahir pada 17 april 1960, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM) pada tahun 1964. dan masih banyak yang lainnya.
Pada 25 oktober 1965 di Jakarta
mereka membentuk KAMI (Kesataun Aksi Mahasiswa Indonesai). KAMI bangkit dan
menentang kedoliman rezim orde lama dengan TRI-TURA (Tiga Tuntut Rakyat). KAMI
turun ke jalan-jalan berdemonstrasi, Karen ajalan konsultasi sudah tidak
mungkin dilalui. Berkat KAMI inilah orde baru dapat didorong untuk mempercepat
kelahirannya. Tetapi stelah orde baru lahir dengan mapan, justru KAMI
kehilangan vitalitasnya untuk hidup eksis.
Hidup dalam suasana kebersamaan
antar organisasi mahasiswa ahirnya lahir juga setelah melalui proses panjang.
Pada tanggal 20-22 januari 1972 dalam pegunungan yang sejuk kelompok mahasiswa
yang tergabung dalam wadah GMNI, GMKI, HMI, dan PMKRI, menyatukan diri dalam
wadah kebersamaan menuju cita-cita: indonesai yang lebih kita cita-citakan.
Wadah ini ahirnya dikenal dengan nama “KELOMPOK CIPAYUNG”. Dan pencetus
kelompok cipayung Akbar Tanjung (Ketum PB HMI), Kris Siner Key Timu (Ketua
Predisium PP PMKRI) dan Binsar Sianipar (Ketum PP GMKI). Pada awal kelahiran
kelompok ini berhasil mencetuskan pokok-pokok pikiran tentang INDONESIA YAN
GKITA CITA-CITAKAN. Kesepakatan ini di dahului dengan suatu pernyataan “kami generasi muda penerus dan pewaris
bangsa di masa depan, belajar dari sejarah masa lampau bahwasanya dis-orientasi
yang terjadi dalam perjalanan bangsa, selalu akan menghambat kemajuan bangsa,
oleh karenannya, kesatuan perjuangan generasi muda untuk membangun negeri ini
merupakan tuntutan bangsa secara mutlak”.
Bahwa kelompok cipayung ini, dibentuk
oleh empat organisasi ekstra kampus: HMI, GMKI, GMNI dan PMKRI. Salah satu
kesepakatan yang tidak tertulis adalah anggota kelompok cipayung ini bukan
organisasi mahasiswa underbow partai/golongan.
Dan pada waktu itu PMII masih
merupakan underbow partai NU. Namun setelah PMII independen maka pada tahun
1974 PMII masuk dalam kelompok cipayung yang pada waktu itu abduh paddare
sabagai ketum PB PMII. Dan dua tahun kemudain PB PMII dipercaya menyelenggarakn
pertemuan kelompok cipayung ke 3 pada januari 1976. keterlibatan PMII dalam
kelompok cipayung tidak lepas dari upaya terwujudnya citra PMII, yang meliputi:
Citra
Kemahasiswaan, Citra Ke Islaman, Citra Ke
Indonesiaan.
DAFTAR
PUSTAKA
--Fauzan
Alfas, PMII dalam Simpul-simpul Sejarah Perjuangan, Tahun 2006.
--Buku panduan MAPABA PMII Komisariat Jurai Siwo Metro Tahun
2003
--Pedoman acara Rapat Tahunan Komisariat IAIN Metro Tahun
1987
--Buku panduan MAPABA PMII Komisariat IAIN Raden Intan Metro
Tahun 1991
0 komentar:
Posting Komentar