Pages

Jumat, 06 September 2013

PARADIGMA PERGERAKAN


PARADIGMA PERGERAKAN
(Arus Balik Masyarakat Pinggiran)

                                                                 
PENGERTIAN
Paradigma merupakan cara pandang yang mendasar dari seorang ilmuwan. Paradigma tidak hanya membicarakan apa yang harus dipandang, tetapi juga memberikan inspirasi, imaginasi terhadap apa yang harus dilakukan, sehingga membuat perbedaan antara ilmuwan satu dengan lainnya. Paradigma merupakan konstelasi teori, pertanyaan, pendekatan, dan prosedur yang dikembangkan dalam rangka memahami kondisi sejarah dan keadaan sosial, untuk memberikan konsepsi dalam menafsirkan realitas sosial. Paradigma merupakan konstelasi dari unsur-unsur yang bersifat metafisik, sistem kepercayaan, filsafat, teori, maupun sosiologi, dalam kesatuan kesepakatan tertentu untuk mengakui keberadaan sesuatu yang baru. Paradigma adalah model atau sebuah pegangan untuk memandu mencapai tujuan.
Paradigma, juga merupakan pegangan bersama yang dipakai dalam berdialog dengan realitas. Paradigma dapat juga disebut sebagai prinsip-prinsip dasar yang akan dijadikan acuan dalam segenap pluraltas strategi sesuai lokalitas masalah dan medan juang.
Dengan paradigma pergerakan, diharapkan tidak terjadi dikotomi model gerakan di dalam PMII, seperti perdebatan yang tidak pernah selesai antara model gerakan “jalanan” dan gerakan “pemikiran”. Gerakan jalanan lebih menekankan pada praksis dengan asumsi percepatan transformasi sosial. Gerakan ini terjun langsung pada basis-basis masyarakat yang menjadi korban perubahan sosial. Sedangkan model gerakan pemikiran bergerak melalui eksplorasi teoritik, kajian-kajian, diskusi, seminar dan pertemuan ilmiah yang lainnya, termasuk penawaran suatu konsep kepada pihak-pihak yang memegang kebijakan, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Perbedaan antara kedua model tersebut tidak hanya terlihat dalam praksis gerakan, tetapi juga berimplikasi pada obyek dan lahan garapan. Apa yang dianggap penting dan perlu oleh gerakan jalanan belum tentu dianggap penting dan perlu oleh gerakan intelektual dan begitu sebaliknya, walaupun pada dasarnya kedua model tersebut merupakan satu kesatuan.
Dalam sejarahnya, gerakan mahasiswa selalui diwarnai perdebatan model jalanan dengan intelektual. Begitu juga sejarah PMII selalui diwarnai dengan “pertentangan” yang termanifestasikan dalam gerakan politik-struktural dengan gerakan intelektual-kultural. Padahal semestinya kedua kekuatan model tersebut tidak perlu dipertentangkan sehingga memperlemah gerakan PMII itu sendiri. Upaya untuk mencari prinsip dasar yang menjadi acuan segenap model gerakan, menjadi sangat penting (urgen) untuk dirumuskan. Sehingga pluralitas setinggi apapun dalam model dan strategi gerakan, tidak menjadi masalah, dan bahkan secara sinergis bisa saling menguatkan dan mendukung. Letak paradigma adalah dalam menjaga pertanggungjawaban setiap pendekatan yang dilakukan sesuai dengan lokalitas dan kecenderungan masing-masing.
Dalam pembahasan lebih lanjut akan diuraikan paradigma PMII, dimulai dengan (1) pembacaan kondisi sosio-politik bangsa, yang telah melahirkan dealiranisasi partai politik dan depolitisasi aliran, pembacaan latar belakang identitas diri PMII, kultur-sosial dan pendidikan. Selanjutnya, akan dibahas (2) teologi antroposentrisme-transendental; (3) filosofi gerakan yang meliputi liberasi dan independensi; (4) teori dan etika sosial, yang meliputi pandangan PMII dan pilihan pendekatan dalam memperjuangkan keadilan (al-adalah), persamaan (al-musawwah); dan demokrasi (asy-syura); (5) rakayasa dan transformasi sosial yang berbentuk free market of ideas dan advokasi; dan out-put gerakannya dapat berwujud pressure group dengan wilayah kerja grassroot, mediator dan profesional lobby.

0 komentar:

Posting Komentar